COVER Angelica Wiliana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Angelica Wiliana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Angelica Wiliana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Angelica Wiliana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Angelica Wiliana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Angelica Wiliana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Angelica Wiliana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Dalam pengembangan teknologi fitoremediasi komersial di Indonesia, diperlukan penelitian mengenai berbagai prospek produk valorisasi tanaman post-fitoremediasi. Pada penelitian ini, tanaman Pennisetum purpureum dan Typha latifolia digunakan sebagai fitoremediator limbah tekstil. P. purpureum hasil fitoremediasi kemudian difermentasi secara anaerobik untuk menghasilkan biogas dan bioslurry. Bioslurry yang dihasilkan kemudian difiltrasi hingga diperoleh fraksi padat berupa serat yang kemudian digunakan sebagai bahan penguat (reinforcement) dalam produksi biodegradable foam berbahan dasar gelatin. Pada tahap fitoremediasi, variasi konsentrasi limbah yang digunakan adalah 0 (kontrol), 25, dan 60 %V/V. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fitoremediasi menggunakan gabungan P. purpureum dan T. latifolia menghasilkan persentase penurunan tertinggi pada variasi limbah 60 %V/V untuk Cr, TDS, dan TSS sebesar 49, 62, dan 95 % secara berturut-turut. P. purpureum mencapai nilai Relative Growth Rate (RGR) yang lebih tinggi pada variasi limbah 25 %V/V, yakni sebesar 0,034 sedangkan pada T. latifolia RGR tertinggi dicapai pada variasi tanpa limbah, yakni sebesar 0,04. Nilai Bio-Concentration Factor (BCF) terbesar dari P. purpureum dan T. latifolia tercapai pada variasi limbah 60 %V/V, yakni sebesar 0,16 dan 0,1 secara berturut-turut. Nilai Translocation Factor (TF) terbesar dari P. purpureum dan T. latifolia tercapai pada variasi limbah 60% dengan nilai 3,33 dan 0,6 secara berturut-turut. Material tanaman selanjutnya diproses dalam anaerobic digestion dalam digester dengan volume 20 L. Volume biogas paling banyak (3,69 L) dihasilkan dari material tumbuhan yang telah diproses dalam fitoremediasi limbah 60 %V/V sedangkan onsentrasi Cr meningkat pada kedua variasi. Pada tahap pembuatan biokomposit, variasi yang dipilih adalah massa serat yang ditambahkan (0, 0,5 dan 1 gram). Biokomposit yang diperoleh kemudian diuji untuk parameter Ultimate Tensile Strength (UTS), kapasitas elongasi, modulus elastisitas, densitas, waktu penyerapan air, dan biodegradabilitas, dengan pembanding flexible polyurethane foam (FPF) komersial sebagai bahan kemasan. Biokomposit tanpa penambahan serat mencapai nilai UTS tertinggi. Sedangkan kapasitas elongasi terbesar dicapai oleh sampel dengan penambahan serat 0,5 gram. Nilai modulus elastisitas sampel lebih kecil dari nilai modulus elastisitas FPF komersial. Seluruh sampel biodegradable foam yang dihasilkan melalui penelitian ini memiliki densitas 10x lebih besar dibandingkan produk FPF komersial dan membutuhkan waktu penguraian selama 7 hari di dalam tanah. Biodegradable foam yang dihasilkan pada penelitian ini masih memerlukan perlakuan lebih lanjut agar dapat menjadi substitusi FPF komersial.