Penurunan muka tanah menjadi salah satu masalah yang sering ditemui di kota
– kota besar yang ada di Indonesia, salah satunya di wilayah Cekungan Bandung.
Pemantauan kontinu penurunan muka tanah sudah umum dilakukan menggunakan
GNSS (Global Navigation Satellite System) tipe geodetik (Awange, 2018). Harga
receiver geodetik yang mahal menjadi salah satu kendala dalam membangun
banyaknya stasiun pemantauan kontinu penurunan muka tanah. Low-cost GPS (Global
Positioning System) menjadi alternatif lain dalam survei GNSS. Tujuan penelitian ini
untuk mengevaluasi penggunaan low-cost GPS dengan membandingkan metode jaring
dan radial dalam pemantauan penurunan muka tanah di Cekungan Bandung. Hasil
pengamatan dengan low-cost GPS OEM (Original Equipment Manufacturer) dengan
Chip-GNSS U-Blox tipe M8T yang dirakit sendiri menggunakan antena mircostrip
pada rentang waktu pengamatan dari bulan Maret 2021 hingga November 2021. Hasil
pengukuran pemantauan laju penurunan muka tanah di lima titik stasiun pemantauan
memberikan hasil yang beragam berkisar dari 9.8 cm/tahun hingga 16 cm/tahun
dengan metode jaring sedangkan dengan metode radial penurunan muka tanah berkisar
11cm/tahun hingga 15.6 cm/tahun. Solusi pengamatan metode radial dilakukan
pengamatan selama 24 jam sedangkan solusi pengamatan metode jaring dilakukan
dalam 2 sesi, dengan setiap sesi pengamatan dilakukan pengamatan selama 24 jam.
Nilai standar deviasi hasil pengukuran pada komponen northing adalah 7 mm,
komponen easting adalah 3 mm, dan standar deviasi pengamatan komponen vertikal
adalah 1 cm. Dengan data pengamatan yang panjang (Maret hingga November 2021)
dan baseline pengamatan yang kurang dari 6 km low-cost GPS dapat digunakan
sebagai alternatif solusi dalam pemantauan penurunan muka tanah.