digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sumatera berada di jalur pertemuan dua lempeng yaitu Lempeng Indo-Australia yang bergerak 70 mm/th yang menujam secara oblique ke bawah Lempeng Eurasia. Akibat pertemuan dua lempeng ini menghasilkan sesar aktif dan proses magmatisme disepanjang Pulau Sumatera. Keberadaan sesar aktif ini memberikan konsekuensi banyaknya kejadian gempabumi disepanjang Sesar Besar Sumatera (Great Sumatera Fault/GSF). Sesar Besar Sumatera panjangnya 1900 km dan tersegmentasi menjadi 19 segmen. Satu diantara segmentasi sesar Sumatera itu adalah segmen Sumani yang melewati Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan catatan sejarah kegempaan dari stasiun pencatatan gempabumi yang ada, diperoleh informasi bahwa di kawasan ini sering terjadi gempabumi merusak dan telah menimbulkan banyak korban manusia serta kerusakan-kerusakan lainnya. Disamping itu di kawasan ini juga pernah terjadi gempabumi doublet, dimana gempabumi ini terjadi dengan selang waktu dan lokasi yang berdekatan serta dengan magnitudo yang relatif sama. Salah satu usaha untuk mengurangi resiko bencana ini adalah dengan mengetahui bagaimana geometri bawah permukaannya, khususnya sesar Sumatera segmen Sumani ini. Metode magnetik dan gayaberat merupakan metode geofisika yang tepat digunakan untuk mengetahui geometri batuan yang ada di bawah permukaan bumi. Geometri bawah permukaan pada segmen ini perlu dikaji untuk mengidentifikasi potensi bencana di masa yang akan datang. Berdasarkan tujuan tersebut telah dilakukan pengukuran geomagnetik lapangan. Pengukuran magnetik lapangan dilakukan melewati jalan yang bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor dan terkadang juga harus ditempuh dengan berjalan kaki. Pengukuran magnetik juga dilakukan di atas Danau Singkarak dengan menggunakan perahu kayu dengan mesin tempel yang tepat berada di tengah segmen Sumani ini. Jumlah titik ukur yang telah dilakukan pada segmen Sumani ini berjumlah 537 titik ukur. Sementara itu data gayaberat dalam penelitian ini digunakan data Bouguer Anomaly dari Pusat Studi Geologi (PSG) Bandung sebagai data tambahan. Dalam penelitian ini suseptibilitas magnetik dan densitas batuannya diukur secara langsung di laboratorium dari sampel batuan yang telahii diambil di lapangan. Nilai suseptibilitas magnetik dan densitas batuan ini dijadikan sebagai nilai awal dan acuan pada waktu melakukan pemodelan magnetik dan gayaberat. Tahapan pemodelan dan interpretasi dilakukan melalui joint forward modeling antara data magnetik dan gayaberat dengan menggunakan program aplikasi GM-SYS Oasis Montaj. Kedalaman ekuivalen model yang dibangun adalah 20 km. Kemudian dari pemodelan 2D magnetik dan gayaberat yang dilakukan telah berhasil mengidentifikasi beberapa benda intrusi yang tidak mencapai permukaan dan berhenti di kedalaman sekitar 5 km, termasuk yang berada tepat di bawah Danau Singkarak serta dibeberapa tempat di segmen Sumani ini. Disamping itu Pemodelan data magnetik dan gayaberat juga telah berhasil mengidentifikasi irisan (sliver) batuan metamorf Permian yang terbungkus dalam batuan dasar (basement rock) yang juga diidentifikasi bahwa keberadaanya mungkin cukup umum di GSF. Kemudian berdasarkan analisis terhadap klosur anomali magnetik rendah di kedua sisi Danau Singkarak penelitian ini juga telah berhasil mengidentifikasi keberadaan singkapan endapan vulkanik koluvium Kuarter yang kurang padat dan menyimpulkan terjadinya displacement sekitar 18 ? 3 km sebagai akibat dari proses pull-apart strike-slip di Singkarak dahulunya. Selanjutnya besar bukaan dari Danau Singkarak yang terjadi diperkirakan sejauh 8 ? 1 km yang didasarkan pada lebar maksimum dari profil model yang melewati bagian tengah Danau Singkarak. Pemodelan magnetik dan gayaberat juga menunjukkan bukti lain aktivitas tektonik strike-slip yang kuat dahulunya. Ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan nilai densitas batuan (1,2 – 1,6 g/cm3) serta suseptibilitas magnetik (0,0002 cgs-unit) di tenggara Danau Singkarak yang lebih kecil dibandingkan dengan di bagian barat laut Danau Singkarak yakni (1,77 – 2,25 g/cm3) dan (0,0004 cgs-unit). Ketebalan lapisan sedimennya diperkirakan 1,87 km di tenggara Danau Singkarak dan 0,71 km di barat laut Danau Singkarak. Berkemungkinan suseptibilitas dan densitas yang rendah tersebut diasumsikan sebagai lapisan sedimen aluvial dan batuan vulkanik dengan porositas yang tinggi akibat terjadinya proses pensesaran dan pull-apart dalam pembentukan Danau Singkarak