Industri tekstil terus mengalami perkembangan produksi hingga menjadi target
perkembangan ekonomi negara. Pewarna seperti crystal violet (CV) pada air limbah
tekstil bersifat toksik dan sulit dihilangkan dengan pengolahan konvensional.
Adsorpsi dengan nano adsroben banyak diteliti dan dikembangkan untuk
menyisihkan zat warna di lingkungan karena memiliki berbagai kelebihan.
Graphene oxide magnetic (GO-Fe3O4) sebagai adsorben telah banyak diteliti karena
memiliki luas permukaan yang besar, ikatan kimia yang kuat dan mudah dipisahkan
dari fase air. Kayu pohon puspa (Schima wallichii) memiliki potensi untuk
dimanfaatkan menjadi sumber grafit alami. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
(i) mengetahui karakteristik nano adsorben MGO dari kayu puspa, (ii) mengetahui
kemampuan kapasitas adsorpsi berdasarkan dosis adsorben, konsentrasi adsorbat
dan waktu kontak, (iii) menganalisa isoterm, kinetika dan termodinamika dan (iv)
mengetahui pengaruh desorpsi dan regenerasi terhadap kapasitas adsorpsi crystal
violet. Metode percobaan yang digunakan adalah percobaan secara batch dan
pengambilan sampel duplo untuk akurasi data penelitian. Hasil karakterisasi
adsorben menunjukkan bahwa GO dan MGO telah berhasil disintesis sebagaimana
ditunjukkan pada hasil Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive
Spectroscopy (SEM-EDS) dan Fourier Transform Infrared (FTIR). Hasil pengujian
Brunauer, Emmet, and Teller (BET) menunjukkan diameter pori GO lebih besar
dari MGO. Distribusi ukuran partikel GO adalah antara 11-247 nm, sedangkan
untuk MGO sebaran ukuran partikelnya antara 315-3.621 nm. Nilai pzc GO dan
MGO secara berturut-turut adalah 7,7 dan 7,35. Pengujian variabel waktu kontak
menunjukkan bahwa waktu kesetimbangan untuk GO dan MGO adalah 20 menit
dengan kapasitas adsorpsi GO dan MGO masing-masing 383,45 ± 3,5 mg/g dan
250,86 ± 4,1 mg/g. Pengujian variabel dosis adsorben menunjukkan bahwa dosis
adsorben optimum adalah 40 mg dengan kapasitas adsorpsi GO dan MGO masingmasing 323,857 ± 0,395 mg/g dan 177,151 ± 0,931 mg/g. Percobaan variasi ariabel
konsentrasi adsorbat menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi terus meningkat
hingga 70 mg/L kemudian melandai. Hasil analisis kandungan organik
menunjukkan bahwa konsentrasi organik berbanding lurus dengan konsentrasi
warna. Berdasarkan hasil pengujian variasi variabel, GO memiliki kapasitas
adsorpsi yang lebih tinggi dari MGO. Karakterisasi adsorben setelah adsorpsi dengan SEM-EDS menunjukkan bahwa terdapat peningkatan unsur karbon (C)
pada adsorben yang mengindikasikan adanya molekul CV pada adsorben GO dan
MGO. Tidak berubahnya kandungan unsur Fe menunjukkan bahwa besi oksida
telah disintesis dengan baik pada permukaan GO. Karakterisasi FTIR setelah
adsorpsi menunjukkan indikasi kuat adanya gaya elektrostatik antara adsorben
dengan adsorbat dengan berkurangnya gugus hidroksil secara signifikan. Model
isoterm yang dapat menggambarkan mekanisme adsorpsi adalah isoterm Langmuir
pada GO dan MGO yang menunjukkan mekanisme monolayer serta afinitas tinggi
berdasarkan klasifikasi isoterm Giles. Model kinetika yang paling cocok
menggambarkan proses adsorpsi adalah kinetika pseudo first order (PFO).
Pengujian termodinamika menunjukkan bahwa adsorpsi terjadi secara fisik,
spontan dan endotermik. Nilai energi bebas Gibbs yang negatif pada seluruh variasi
menandakan bahwa proses adsorpsi yang terjadi adalah adsorpsi fisik. Sementara
itu, nilai entropi nano adsorben MGO lebih tinggi dari nano adsorben GO yang
menunjukkan bahwa derajat ketidak beraturan dalam proses adsorpsi MGO lebih
besar. Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa proses adsorpsi yang terjadi
adalah kemisorpsi dan fisisorpsi dengan gaya elektrostatik sebagai mekanisme
dominan. Berdasarkan pengujian reusabilitas, MGO memiliki reusabilitas yang
lebih baik dari GO dengan penurunan kapasitas adsorpsi sebesar 8,35 %
dibandingkan GO yang mengalami penurunan kapasitas adsorpsi sebesar 13,29 %.