Kendaraan beroda empat adalah salah satu kendaraan yang populer di negara
berkembang seperti di Indonesia. Untuk mengurangi emisi yang dikeluarkan oleh
kendaraan berbahan bakar minyak banyak dilakukan penelitian tentang kendaraan
listrik, yaitu kendaraan yang hanya berenergikan listrik. Kendaraan listrik ini
bersumberenergikan baterai sebagai penyimpan energi.
Umumnya, kendaraan listrik menggunakan baterai tunggal yang memiliki daya yang
besar, seperti sepeda listrik menggunakan baterai 24 volt 20 Ah dengan daya 500
watt. Namun untuk mobil listrik sebuah baterai tidak mencukupi sebab
membutuhkan daya lebih besar dari 500 watt, sehingga butuh untuk menggunakan
beberapa baterai sekaligus yang disusun secara seri. Daya maksimal yang dimiliki
mobil listrik sangat besar dengan kecepatan maksimal yang besar pula, contohnya
mobil EVINA dengan kecepatan maksimal 120 km/jam. Kecepatan ini baik pada
lintasan antar kota seperti tol. Namun seringnya mobil digunakan di dalam kota yang
kecepatan rata-ratanya adalah 50 km/jam bila jalan lancar atau 30 km/jam bila jalan
macet. Otomatis daya baterai yang digunakan harus diturunkan hingga kecepatan
tersebut tercapai. Selain itu banyak terdapat titik-titik Stop & Go sehingga mobil
listrik sulit digunakan pada rating maksimalnya. Metode yang telah digunakan adalah
DC/DC Conventer seperti buck converter dan sebagainya. Pada penelitian ini metode
yang digunakan untuk menurunkan daya adalah dengan mengubah konfigurasi
baterai dari seri ke paralel, sehingga otomatis tegangan baterai akan berkurang
setengahnya. Sehingga kecepatan juga akan berkurang setengahnya. Baterai dengan
konfigurasi paralel dapat digunakan untuk lintasan dalam kota, sedangkan baterai
dengan konfigurasi seri dapat digunakan untuk lintasan dalam kota.
Selain baterai, komponen penting dalam kendaraan listrik adalah penggeraknya,
salah satu penggerak yang umum digunakan adalah motor BLDC. Pada penelitian ini
motor BLDC akan digunakan sebagai simulasi dari mobil listrik dengan kecepatan maksimal 500 rpm. Penelitian ini bertujuan untuk membangun suatu sistem yang
dapat mengubah konfigurasi 2 buah baterai dari seri ke paralel dan sebaliknya, yang
terintegrasi dengan sistem penggerak motor BLDC dengan menggunakan PWM
sebagai kendali kecepatannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
karakteristik tegangan baterai ketika pengosongan untuk konfigurasi seri dan
konfigurasi paralel. Selain itu juga untuk melihat pengaruh konfigurasi seri dan
konfigurasi paralel terhadap motor BLDC.
Pada penelitian ini baterai yang digunakan adalah baterai Lead Acid 12 volt 26 Ah.
Hal yang dilakukan adalah pengamatan terhadap karakteristik penurunan tegangan
terbuka baterai ketika pengosongan pada konfigurasi seri dan konfigurasi paralel
dengan arus beban tetap. Serta pengamatan terhadap pengaruh konfigurasi seri dan
paralel pada kecepatan motor BLDC dan daya baterai yang dihasilkan. Diharapkan
dengan adanya konfigurasi paralel baterai dapat lebih hemat digunakan dan tetap bisa
mencapai kecepatan yang diharapkan.
Pada penelitian ini ditemukan pada konfigurasi paralel penurunan tegangan kedua
baterai pada menit ke-105 menjadi sama walapun tegangan awal kedua baterai tidak
sama. Hal ini menunjukkan bahwa pada konfigurasi paralel arus yang dikeluarkan
baterai tidak seimbang. Bila hal ini terjadi terus menerus pada baterai maka baterai
akan mengalami kerusakan dini (Gogoana, 2013). Hal ini dapat diatasi jika baterai
yang digunakan memiliki tipe dan berasal dari pabrik yang sama, serta tidak pernah
digunakan sebelumnya. Dan baterai harus disertai Manajemen Sistem Baterai untuk
mengamati dan mengontrol aktivitas baterai. Namun pada penelitian ini MSB
tersebut belum digunakan. Untuk motor BLDC ditemukan bahwa daya baterai yang
dikeluarkan untuk mencapai kecepatan 75 rpm, 93 rpm, dan 114 rpm, adalah 5,16
watt, 5,88 watt, dan 7,68 watt. Motor BLDC yang digunakan tidak dipasang beban
dan beban diasumsikan konstan.
Sedangkan pada konfigurasi seri penurunan tegangan kedua baterai menjadi
seimbang walapun tegangan awal kedua baterai tidak sama. Hal ini menunjukkan
bahwa pada konfigurasi seri arus yang dikeluarkan baterai seimbang besarnya. Untuk
motor BLDC ditemukan bahwa daya baterai yang dikeluarkan untuk mencapai
kecepatan 75 rpm, 93 rpm, dan 114 rpm, adalah 6 watt, 7,2 watt, dan 8,4 watt.
Dibandingkan dengan daya yang dikeluarkan pada konfigurasi paralel, daya pada
konfigurasi seri lebih besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan konfigurasi
paralel untuk kecepatan rendah daya lebih hemat digunakan.
Perpustakaan Digital ITB