digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Monica Widyaningsih
PUBLIC Latifa Noor

PUSTAKA Monica Widyaningsih
PUBLIC Latifa Noor

COVER Monica Widyaningsih
PUBLIC Latifa Noor

BAB1 Monica Widyaningsih
PUBLIC Latifa Noor

BAB2 Monica Widyaningsih
PUBLIC Latifa Noor

BAB2 Monica Widyaningsih
PUBLIC Latifa Noor

BAB3 Monica Widyaningsih
PUBLIC Latifa Noor

BAB4 Monica Widyaningsih
PUBLIC Latifa Noor

BAB5 Monica Widyaningsih
PUBLIC Latifa Noor

Indonesia merupakan negara penghasil CPO (Crude Palm Oil) terbesar di dunia. Asam oleat yang terkandung di dalam CPO berpotensi untuk digunakan dalam memodifikasi silika amina guna menambah nilai jual dari CPO. Pada penelitian ini telah berhasil disintesis asam oleat melalui oksidasi alkohol “rofanol 90/95v” menggunakan K2Cr2O7. Pembentukan asam oleat ditandai dengan hilangnya puncak serapan di 3,6 ppm pada karakterisasi 1H NMR yang menandakan bahwa CH2 yang berikatan dengan gugus hidroksil (-OH) telah berubah menjadi gugus fungsi karbonil. Proses modifikasi silika pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Bis-APTES sebagai prekursor, toluena sebagai pelarut, dan ammonia sebagai katalis dengan perbandingan volume 80 : 15 : 5. Silika yang terbentuk kemudian diamidasi dengan asam oleat dan asam oktanoat menggunakan coupling reagent DCC dan katalis DMAP. Spektrum FTIR silika oleat memperlihatkan puncak pada bilangan gelombang 1028 cm-1 dan 1114 cm-1 yang disebabkan oleh regangan Si-O-Si, puncak pada 820 cm-1 yang merupakan puncak dari regangan Si-C, dan puncak pada 2900 cm-1 yang merupakan puncak dari regangan C-H. Hasil TEM memperlihatkan bahwa silika Bis-APTES dan silika oleat memiliki morfologi yang tidak beraturan. Modifikasi silika amina dengan asam oktanoat dalam penelitian ini ditujukan sebagai pembanding silika oleat. Spektrum FTIR silika oktanoat juga memperlihatkan puncak pada bilangan gelombang 1028 cm-1 dan 1114 cm-1 yang disebabkan oleh regangan Si-O-Si, puncak pada 820 cm-1 yang merupakan puncak dari regangan Si-C, dan puncak pada 2900 cm-1 yang merupakan puncak dari regangan C-H. Pada spektrum FTIR silika oleat dan silika oktanoat, tidak terlihat adanya puncak pada daerah 1750 cm-1 yang merupakan puncak regangan C=O. Hal ini kemungkinan disebabkan karena jumlah asam lemak yang menempel pada silika jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan ukuran silika yang besar. Hasil TEM memperlihatkan bahwa silika oktanoat juga memiliki morfologi yang tidak beraturan. Uji pengontakkan silika oktanoat dengan kafein memperlihatkan adanya adsorpsi yang ditandai dengan konsentrasi kafein yang berkurang dari 100 ppm menjadi 95 ppm, sementara pengontakkan silika Bis-APTES dengan kafein tidak memperlihatkan adanya adsorpsi. Adanya adsorpsi mengindikasikan bahwa silika yang dimodifikasi dengan asam lemak berpotensi menjadi adsorben untuk senyawa non polar.