BAB 1 Wanda Andriana
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Wanda Andriana
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Wanda Andriana
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Wanda Andriana
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Wanda Andriana
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 6 Wanda Andriana
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Wanda Andriana
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Air asam merupakan salah satu air yang berasal dari tambang atau batuan yang mengandung mineral sulfida tertentu yang terpapar dalam keadaan teroksidasi yang berdampak besar terhadap kondisi lingkungan. Pembentukan air asam tambang menjadi masalah serius bagi perusahaan tambang. Pencegahan air asam tambang (AAT) dapat dilakukan dengan menutupi material yang berpotensi asam (PAF) dengan material yang tidak berpotensi asam (NAF). Namun, keberadaan material NAF tidak selalu terdapat dalam jumlah yang besar untuk mengisolasi seluruh material PAF. Salah satu material yang dapat digunakan dan berpotensi untuk mencegah air asam tambang yaitu fly ash. Metode layering atau perlapisan dengan penempatan material PAF dan material penetral pada suatu sistem yang dirancang adalah salah satu cara untuk mencegah terbentuknya AAT.
Dari hasil pengujian diperoleh hasil uji kinetik pada skenario perlapisan pada skala laboratorium dengan nilai pH PAF Kontrol dapat meningkatan nilai pH maksimum pada skenario perlapisan 25% tanpa penambahan top soil mencapai 5,4% dengan nilai pH sebesar 2,93. Pada skenario penambahan top soil, nilai pH yang dihasilkan tidak memiliki dampak yang cukup berpengaruh terhadap PAF Kontrol, hal ini dapat dilihat dengan rata-rata penurunan nilai pH sebesar 0,09. Pada hasil uji kinetik skala laboratorium nilai pH yang dihasilkan relatif lebih stabil pada rentang 2,6-2,7 dibandingkan dengan skala lapangan yang lebih fluktuatif pada rentang 2,1-2,4. Hal tersebut terjadi dikarenakan perbedaan perlakuan siklus basah dan siklus kering yang dialami oleh sampel. Pada skala lapangan bergantung kondisi cuaca setempat sedangkan pada skala laboratorium perlakuan siklus dilakukan konstan dan presentase terbesar kenaikan nilai pH terhadap PAF Kontrol terjadi pada skala lapangan dengan skenario perlapisan 10% yang dapat meningkatkan nilai pH sebesar 11%.
Perpustakaan Digital ITB