ABSTRAK Mardiah Hayati Putri
PUBLIC Irwan Sofiyan
COVER Mardiah Hayati Putri
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Mardiah Hayati Putri
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Mardiah Hayati Putri
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Mardiah Hayati Putri
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Mardiah Hayati Putri
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Mardiah Hayati Putri
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Mardiah Hayati Putri
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Pesawat tempur merupakan pesawat yang dirancang untuk melakukan misi pertahanan dan
pertempuran di udara. Pesawat ini dapat beroperasi pada kondisi yang ekstrim karena dituntut untuk
melakukan manuver yang baik sesuai misinya. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap
ketahanan strukturnya akibat pembebanan yang terjadi. Perlu dilakukan analisis kemungkinan
kondisi yang dapat menyebabkan kegagalan pada daerah kerja pesawat, salah satunya kondisi
ketidakstabilan dinamik. Salah satu fenomena ketidakstabilan dinamik yaitu flutter. Flutter terjadi
akibat adanya interaksi antara gaya elastik, gaya inersia, dan gaya aerodinamika. Agar mencegah
terjadinya flutter, maka perlu dilakukan analisis flutter terhadap struktur sayap untuk mengetahui
kecepatan kritis flutter.
Penelitian ini akan menggunakan data struktur sayap pesawat IFX. Analisis flutter
dilakukan terhadap model sayap dengan struktur multi spar konvensional yang diperoleh dari
penelitian sebelumnya. Analisis dilakukan secara numerik dengan software MSC Nastran. Seluruh
hasil analisis flutter akan ditampilkan dalam grafik kecepatan terhadap redaman dan grafik
kecepatan terhadap frekuensi. Dari kedua grafik ini akan diketahui kecepatan kritis flutter. Untuk
analisis dilakukan modifikasi terhadap model. Modifikasi dilakukan dengan menambahkan fuel dan
armament. Seluruh model akan dianalisis pada aliran subsonik dan supersonik dengan asumsi
ketinggian terbang pada sea level. Batasan kecepatan supersonic untuk metode aerodinamik yang
digunakan adalah mach 7. Hasil yang diperoleh menunjukkan flutter struktur dengan fuel terjadi
pada kecepatan mach 7.7 yang mana berada di luar kecepatan yang disyaratkan. Untuk itu dilakukan
penurunan kekauan dan ketebalan skin untuk melihat penyebab mengapa indikasi flutter terjadi di
kecepatan yang sangat tinggi. Sementara flutter struktur dengan fuel dan armament terjadi pada
kecepatan mach 6.64. Langkah yang sama juga dilakukan terhadap struktur ini. Hasil studi
parametrik menunjukkan salah satu penyebab kecepatan flutter yang diperoleh sangat tinggi yaitu
akibat struktur yang sangat kaku. Ketika dilakukan penurunan modulus elastisitas menjadi 7.7 %
kecepatan menurun dari 2660 m/s ke 1050 m/s untuk struktur fuel serta dari 2210 m/s ke 850 m/s
untuk struktur fuel dan armament. Sementara dengan menurunkan ketebalan menjadi 50 % belum
menunjukkan indikasi flutter di bawah kecepatan 2000 m/s namun sudah memunculkan modus lokal
pada hasil modus getar.