Kelurahan Cibangkong termasuk ke dalam wilayah bantaran Sungai Cikapundung
Kolot dengan beberapa RW di dalamnya merupakan area rawan banjir. Banjir di
wilayah permukiman ini termasuk ke dalam kategori banjir sungai, yang tidak
hanya ditimbulkan dari luapan aliran sungai Anak Kali Cikapundung apabila curah
hujan meningkat, tetapi juga semakin diperparah dengan adanya eksternalitas
negatif yang ditimbulkan dari pembangunan pusat perbelanjaan Trans Studio Mall.
Permasalahan banjir di wilayah permukiman sempadan sungai ini merupakan
bencana berulang yang dapat terjadi apabila curah hujan tinggi, sehingga
mengharuskan masyarakat setempat untuk mampu beradaptasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk adaptasi bermukim
masyarakat di wilayah RW 05 dan RW 011 Kelurahan Cibangkong terhadap
bencana banjir Anak Kali Cikapundung. Penelitian ini dirancang dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data diperoleh
melalui observasi lapangan, data sekunder melalui kajian literatur, serta data primer
yang diperoleh melalui penyebaran angket kuesioner via online menggunakan
aplikasi google forms. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis
statistik deskriptif untuk dapat menjelaskan bagaimana upaya adaptasi bermukim
masyarakat yang berada di wilayah sempadan Anak Kali Cikapundung, serta
didukung dengan analisis korelasi secara sederhana untuk mengetahui tingkat
keterkaitan antar variabel.
Berdasarkan hasil penelitian, didapat beberapa faktor yang mempengaruhi
keinginan warga untuk tetap bertahan tinggal di wilayah RW 05 dan RW 011
Kelurahan Cibangkong, meskipun bencana banjir berulang terjadi tiap tahunnya.
Beberapa faktor tersebut antara lain lama bermukim, frekuensi banjir, tingkat
kerusakan rumah, pengalaman banjir sebelumnya, kesamaan latar belakang
(etnik/suku), partisipasi ketetanggaan, serta tingkat hubungan antar warga. Selain
itu, alasan warga memilih untuk tetap bertahan tinggal, dikarenakan sudah merasa
nyaman dan betah, merupakan tanah kelahiran dan sudah turun temurun tinggal di
wilayah tersebut, karena merasa sudah terbiasa dengan banjir sehingga sudah
mengetahui bagaimana cara mengatasi banjir, tingkat partisipasi aktif antar warga
ketika terjadi bencana, lokasi strategis dan dekat dengan pusat kota, dekat dengan
tempat kerja, masih ikut dengan orang tua, ikut dengan suami, serta alasan lainnya
yaitu belum mempunyai hunian lain di luar lokasi saat ini.
Bentuk adaptasi bermukim yang dilakukan oleh warga RW 05 dan RW 011
Kelurahan Cibangkong terbagi atas 3 (tiga) kategori; yaitu adaptasi fisik, adaptasi
sosial dan adaptasi ekonomi. Bentuk adaptasi fisik yang dilakukan yaitu dengan
membuat tanggul penahan air, meninggikan permukaan lantai bangunan dan
menambah lantai bangunan. Adaptasi sosial yang dilakukan, diantaranya saling
tolong menolong antar warga, kerjasama dalam bentuk gotong royong, adanya
peringatan dini, serta adanya kelompok siaga bencana. Bentuk adaptasi ekonomi
yang dilakukan, yaitu adanya sumber penghasilan lain, adanya hunian di luar lokasi
saat ini, serta penjualan harta benda sebagai modal upaya perbaikan.
Upaya adaptasi bermukim yang dilakukan warga dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya faktor kebiasaan (karena sudah terbiasa dengan banjir), faktor keluarga,
adanya kerjasama dan saling membantu antar warga, lokasi strategis dan dekat
dengan pusat kota, adanya bantuan dari pihak pemerintah dan masyarakat setempat
dalam upaya pemeliharaan lingkungan dan pembangunan tanggul, serta adanya
keinginan untuk tetap bertahan tinggal.
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat pada bidang akademik, serta
dapat menjadi pertimbangan dan sumber informasi tambahan bagi berbagai pihak
dalam hal penataan kawasan khususnya kawasan perumahan permukiman. Selain
itu, diharapkan penelitian ini dapat menjadi tolak ukur bagi pemerintah dalam hal
penanganan kasus permasalahan bencana banjir di wilayah permukiman perkotaan
padat penduduk, yang termasuk ke dalam wilayah sempadan sungai.