digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Hilman Ardika.pdf ]
PUBLIC Deddi Suhendi

Gempa bumi sebesar 7.4 Magnitudo yang terjadi di Kota Palu, Sulawesi Tengah pada tahun 2018 menyebabkan kerugian dan korban jiwa yang tinggi. Berdasarkan Laporan Situasi Gempa Bumi Sulawesi Tengah yang dilansir oleh BNPB tanggal 05 Februari 2019, kerugian material yang ditimbulkan ditaksir sebesar Rp.2,89 triliun, kerusakan sebesar Rp.15,58 triliun, dan terdapat korban jiwa sebanyak 3.689 jiwa. Agar kerugian apabila bencana gempa bumi terjadi kembali dapat dikurangi, diperlukan proses mitigasi bencana. Salah satu mitigasi bencana yang dapat dilakukan adalah melakukan analisis risiko spasial bencana gempa bumi. Dengan menggunakan teknologi sistem informasi geografis dan analisis spasial, tingkat risiko wilayah terhadap gempa bumi dapat dimodelkan. Dalam penelitian ini, pemodelan tingkat risiko dilakukan berdasarkan data ancaman gempa bumi berupa percepatan tanah maksimum dan kerentanan serta kapasitas bangunan. Hasil pemodelan tingkat risiko kerusakan bangunan yang dibentuk divalidasi dengan data kerusakan bangunan terdampak Gempa Palu 2018. Berdasarkan hasil pemodelan, terdapat 1.488 bangunan dengan tingkat kerusakan sedang, 68.873 bangunan dengan tingkat kerusakan berat, dan 46.093 bangunan dengan tingkat hancur total. Hasil validasi pemodelan menunjukkan bahwa ketepatan hasil pemodelan memiliki overall accuracy sebesar 56.62% dan koefisien Kappa sebesar 0.120.