Titan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang diketahui memiliki
atmosfer tebal. Komponen utama atmosfer Titan, yakni nitrogen dan metana,
mengalami proses fotokimia dan menghasilkan berbagai senyawa hidrokarbon,
nitril, serta partikel kabut. Senyawa nitril dengan kelimpahan terbesar yang
dihasilkan adalah asam sianida (HCN). Selain berperan penting dalam mekanisme
pendinginan atmosfer Titan bagian atas, HCN juga memiliki kala hidup kimia yang
lebih panjang daripada skala waktu dinamis stratosfer Titan sehingga
memungkinkan untuk dijadikan sebagai tracer dalam melihat sirkulasi global Titan.
Di samping itu, berbagai hasil pengamatan pun mengindikasikan adanya variasi
kelimpahan HCN yang bersesuaian dengan perubahan musim.
Melalui misi Cassini-Huygens, komponen-komponen atmosfer Titan, termasuk
HCN, dipetakan dan dimonitor dari waktu ke waktu. HCN juga telah diamati
melalui pengamatan landas Bumi pada era sebelum dan setelah misi Cassini, di
antaranya lewat panjang gelombang radio. Salah satu pengamatan landas Bumi
terkini pada panjang gelombang radio menggunakan Atacama Large
Millimeter/submillimeter Array (ALMA). Dengan resolusi maksimum hingga
puluhan milidetikbusur, ALMA dapat digunakan untuk mengkaji variasi spasial
berbagai senyawa di atmosfer Titan. Pengamatan ALMA yang kerap kali
melibatkan Titan sebagai kalibrator fluks memungkinkan data pengamatan
terkumpul tanpa melalui suatu program pengamatan spesifik.
Pada penelitian ini, data tersebut digunakan untuk menurunkan profil kelimpahan
HCN dari tiga daerah spasial selama periode 2014-2017. Selanjutnya, perubahan
yang terjadi selama pertengahan musim semi menuju musim panas, sesuai dengan
ketersediaan data pengamatan ALMA, yaitu menuju akhir dari misi Cassini pada
September 2017 akan ditinjau. Pengamatan yang berkelanjutan pada variasi
musiman komponen atmosfer sangat diperlukan untuk dapat memahami interaksi
antara proses kimia, radiasi, dan dinamika yang terjadi di atmosfer Titan.