digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Titan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang diketahui memiliki atmosfer tebal. Komponen utama atmosfer Titan, yakni nitrogen dan metana, mengalami proses fotokimia dan menghasilkan berbagai senyawa hidrokarbon, nitril, serta partikel kabut. Senyawa nitril dengan kelimpahan terbesar yang dihasilkan adalah asam sianida (HCN). Selain berperan penting dalam mekanisme pendinginan atmosfer Titan bagian atas, HCN juga memiliki kala hidup kimia yang lebih panjang daripada skala waktu dinamis stratosfer Titan sehingga memungkinkan untuk dijadikan sebagai tracer dalam melihat sirkulasi global Titan. Di samping itu, berbagai hasil pengamatan pun mengindikasikan adanya variasi kelimpahan HCN yang bersesuaian dengan perubahan musim. Melalui misi Cassini-Huygens, komponen-komponen atmosfer Titan, termasuk HCN, dipetakan dan dimonitor dari waktu ke waktu. HCN juga telah diamati melalui pengamatan landas Bumi pada era sebelum dan setelah misi Cassini, di antaranya lewat panjang gelombang radio. Salah satu pengamatan landas Bumi terkini pada panjang gelombang radio menggunakan Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA). Dengan resolusi maksimum hingga puluhan milidetikbusur, ALMA dapat digunakan untuk mengkaji variasi spasial berbagai senyawa di atmosfer Titan. Pengamatan ALMA yang kerap kali melibatkan Titan sebagai kalibrator fluks memungkinkan data pengamatan terkumpul tanpa melalui suatu program pengamatan spesifik. Pada penelitian ini, data tersebut digunakan untuk menurunkan profil kelimpahan HCN dari tiga daerah spasial selama periode 2014-2017. Selanjutnya, perubahan yang terjadi selama pertengahan musim semi menuju musim panas, sesuai dengan ketersediaan data pengamatan ALMA, yaitu menuju akhir dari misi Cassini pada September 2017 akan ditinjau. Pengamatan yang berkelanjutan pada variasi musiman komponen atmosfer sangat diperlukan untuk dapat memahami interaksi antara proses kimia, radiasi, dan dinamika yang terjadi di atmosfer Titan.