digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Lia Medy Tandy
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Lia Medy Tandy
PUBLIC Resti Andriani

BAB 2 Lia Medy Tandy
PUBLIC Resti Andriani

BAB 3 Lia Medy Tandy
PUBLIC Resti Andriani

BAB 4 Lia Medy Tandy
PUBLIC Resti Andriani

BAB 5 Lia Medy Tandy
PUBLIC Resti Andriani

BAB 6 Lia Medy Tandy
PUBLIC Resti Andriani

PUSTAKA Lia Medy Tandy
PUBLIC Resti Andriani

Air asam tambang (AAT), sering juga disebut sebagai air asam batuan (AAB) adalah air pada kegiatan penambangan atau penggalian yang bersifat asam atau memiliki keasaman tinggi dan terbentuk sebagai akibat teroksidasinya mineral sulfida disertai keberadaan air. Sumber keasaman adalah mineral sulfida yang dapat teroksidasi. Sumber pengoksidasi yang utama adalah oksigen dalam udara. Air merupakan salah satu reaktan dalam proses pembentukan AAT dan juga sebagai media yang “mencuci” atau melarutkan hasil oksidasi. Sumber air dapat berupa air limpasan hujan atau air tanah. Pada kondisi ini, mineral sulfida teroksidasi dan akan melepaskan asam (H+) ke dalam air yang menyebabkan air bersifat asam dan terjadi penurunan pH (pH rendah). Dengan menurunnya pH, kelarutan logam-logam pun meningkat. (Gautama, 2014). PT. Berau Coal merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batu bara, yang menggunakan sistem penambangan terbuka atau open pit mine. Pit L1 dan Pit E1 adalah pit yang telah ditinggalkan sehingga bekas pit tersebut meninggalkan lubang bukaan (void) yang besar dan telah terisi oleh air dimana air pada kedua pit lake tersebut bersifat asam dengan rentang pH di Pit Lake L1 adalah 3.09 – 3.15 dan pH di Pit Lake E1 adalah 3.36. Sumber air utama yang masuk kedalam masing-masing pit lake adalah air limpasan (run off) yang berasal dari air hujan dengan pH 6.08 Pada penelitian ini, sebelumnya dilakukan analisis terhadap catchment area dan waterbalance dimasingmasing pit, dan didapatkan hasil analisis dalam rentang waktu selama 2(dua) tahun yaitu antara tahun 2012 dan 2014 adalah diketahui bahwa dari 58.73 Ha luas daerah yang terganggu pada area pit L1, luas area yang terevegetasi secara alami adalah sebesar 12.09 Ha (14%), sedangkan untuk area pit E1 belum terjadi revegetasi dari 4.9 Ha luas daerah yang terganggu. Adapun hasil analisis waterbalance adalah diketahui bahwa volume air yang masuk kedalam Pit lake L1 adalah 1.321.453 m3 yang melebihi kapasitas volume pit sebesar 1.265.283 m3, sedangkan volume air yang masuk kedalam Pit lake E1 adalah 70.744 m3 yang melebihi kapasitas volume pit sebesar 22.974 m3. Dapat disimpulkan bahwa air yang masuk kedalam masing-masing pit telah melebihi kemampuan daya tampung kolam, sehingga terjadi surplus atau kelebihan air sebesar 56.170 m3 di Pit lake L1 dan 47.770 m3 di Pit lake E1. Langkah selanjutnya pada kajian ini untuk mengetahui apakah pendekatan catchment area dan waterbalance yang dilakukan memberikan pengaruh terhadap perubahan waterquality pada tahun 2014 dan 2012 di masing-masing pit lake dalam rentang waktu 2 (dua) tahun adalah dengan melakukan simulasi perubahan kualitas air akhir dimasingmasing pit lake menggunakan software PHREEQC Interactive untuk menggambarkan mineral-mineral apa saja yang berperan dalam pembentukan Air Asam Tambang di ke dua Pit Lake. Data primer yang digunakan pada penelitian ini adalah data dari conto air pit dari hasil pengukuran langsung dilapangan dan hasil analisis laboratorium, selain itu penulis juga menggunakan data sekunder yang didapatkan dari hasil penelitian sebelumnya (Novita, 2012 dan Elsyamba, 2014). Dengan menggunakan data sekunder berupa mineral-mineral hasil inverse modelling yang telah dilakukan sebelumnya (Novita, 2012 dan Elsyamba, 2014), data mineral-mineral tersebut kemudian digunakan sebagai input dalam melakukan simulasi inverse modelling PHREEQC pada penelitian ini untuk mengkaji lebih lanjut mengenai perubahan kualitas air dimasing-masing pit dan didapatkan outputnya berupa model yang paling mendekati dengan model dari penelitian sebelumnya dengan memperhatikan nilai pH mendekati dengan nilai pH representatif tahun 2014 dari masing-masing pit, yaitu 3.61 untuk Pit Lake L1 dan 3.68 untuk pH air representatit di Pit Lake E1. Adapun hasil dari Forward Modelling pada penelitian ini menunjukkan peningkatan nilai pH yang tidak signifikan dimana dimana nilai pH hasil Forward Modelling untuk Pit Lake L1 adalah 4.31 dan nilai pH hasil Forward Modelling untuk Pit Lake E1 adalah 3.70.