digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Raehan Rahmatia
PUBLIC yana mulyana

COVER Raehan Rahmatia
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Raehan Rahmatia
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Raehan Rahmatia
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Raehan Rahmatia
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Raehan Rahmatia
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Raehan Rahmatia
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

Sudah lebih dari 100 tahun sejak penyakit malaria ditemukan hingga saat ini penyakit tersebut masih menjadi salah satu masalah global utama di bidang kesehatan. Penyakit yang telah menelan ratusan ribu jiwa tersebut disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium khususnya yang paling mematikan yakni Plasmodium falciparum. Penargetan obat yang kurang spesifik dan adanya perkembangan resistensi obat menyebabkan kegagalan terapi malaria. Oleh karena itu dibutuhkan agen terapeutik baru serta strategi penghantaran obat yang lebih spesifik dan poten sehingga dapat mengeliminasi parasit secara efektif. Dengan kemajuan teknologi di bidang bioinformatika, para ahli melakukan beberapa pengujian terhadap P. falciparum pada tingkatan gen dengan spesifisitas yang tinggi berupa gene silencing. Pada studi literatur ini dikaji beberapa makromolekul meliputi double-stranded Ribonucleic Acid (dsRNA), Zinc Finger Nuclease (ZFN), dan peptida yang berpotensi sebagai agen antimalaria serta sistem penghantaranya menuju sel P. falciparum. Penelusuran pustaka dilakukan melalui mesin pencari pada situs Pubmed dan Google Scholar. Hasil penelusuran pustaka menunjukkan ketiga kelompok makromolekul tersebut memiliki aktivitas penghambatan pertumbuhan pada P. falciparum. dsRNA memanfaatkan gene silencing tanpa modifikasi Deoxyribonucleic Acid (DNA) sementara ZFN menerapkan gene silencing dengan modifikasi DNA disebut juga gene editing. Terdapat dua faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain sistem penghantaran makromolekul yakni faktor ekstraseluler dan faktor intraseluler. Mekanisme internalisasi agen terapeutik ke dalam sel parasit dapat terjadi secara difusi pasif dan endositosis. Sifat intrinsik yang ideal bagi agen terapeutik yang dihantarkan menuju sel P. falciparum dengan difusi pasif yakni memiliki hidrofobisitas tinggi, bermuatan positif, dan memiliki bobot molekul sekitar lebih dari 1400 Da serta ukuran partikel kurang dari 80 nm. Komponen yang berhasil digunakan dalam menghantarkan makromolekul menuju P. falciparum berupa polimer kationik dan campuran lipid kationik dengan peptida kationik. Persentase penghambatan pertumbuhan parasit lebih besar pada makromolekul dengan sistem nanopartikel dibandingkan makromolekul bebas. Penelitian terkait sistem penghantaran makromolekul yang efektif menuju P. falciparum disarankan untuk dikembangkan lebih lanjut.