ABSTRAK Raehan Rahmatia
PUBLIC yana mulyana
COVER Raehan Rahmatia
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Raehan Rahmatia
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Raehan Rahmatia
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Raehan Rahmatia
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Raehan Rahmatia
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Raehan Rahmatia
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Sudah lebih dari 100 tahun sejak penyakit malaria ditemukan hingga saat ini penyakit tersebut masih
menjadi salah satu masalah global utama di bidang kesehatan. Penyakit yang telah menelan ratusan ribu
jiwa tersebut disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium khususnya yang paling mematikan yakni
Plasmodium falciparum. Penargetan obat yang kurang spesifik dan adanya perkembangan resistensi obat
menyebabkan kegagalan terapi malaria. Oleh karena itu dibutuhkan agen terapeutik baru serta strategi
penghantaran obat yang lebih spesifik dan poten sehingga dapat mengeliminasi parasit secara efektif.
Dengan kemajuan teknologi di bidang bioinformatika, para ahli melakukan beberapa pengujian terhadap
P. falciparum pada tingkatan gen dengan spesifisitas yang tinggi berupa gene silencing. Pada studi literatur
ini dikaji beberapa makromolekul meliputi double-stranded Ribonucleic Acid (dsRNA), Zinc Finger Nuclease
(ZFN), dan peptida yang berpotensi sebagai agen antimalaria serta sistem penghantaranya menuju sel P.
falciparum. Penelusuran pustaka dilakukan melalui mesin pencari pada situs Pubmed dan Google Scholar.
Hasil penelusuran pustaka menunjukkan ketiga kelompok makromolekul tersebut memiliki aktivitas
penghambatan pertumbuhan pada P. falciparum. dsRNA memanfaatkan gene silencing tanpa modifikasi
Deoxyribonucleic Acid (DNA) sementara ZFN menerapkan gene silencing dengan modifikasi DNA disebut
juga gene editing. Terdapat dua faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain sistem
penghantaran makromolekul yakni faktor ekstraseluler dan faktor intraseluler. Mekanisme internalisasi
agen terapeutik ke dalam sel parasit dapat terjadi secara difusi pasif dan endositosis. Sifat intrinsik yang
ideal bagi agen terapeutik yang dihantarkan menuju sel P. falciparum dengan difusi pasif yakni memiliki
hidrofobisitas tinggi, bermuatan positif, dan memiliki bobot molekul sekitar lebih dari 1400 Da serta
ukuran partikel kurang dari 80 nm. Komponen yang berhasil digunakan dalam menghantarkan
makromolekul menuju P. falciparum berupa polimer kationik dan campuran lipid kationik dengan peptida
kationik. Persentase penghambatan pertumbuhan parasit lebih besar pada makromolekul dengan sistem
nanopartikel dibandingkan makromolekul bebas. Penelitian terkait sistem penghantaran makromolekul
yang efektif menuju P. falciparum disarankan untuk dikembangkan lebih lanjut.