Sumber energi dengan konsumsi terbanyak pada saat ini di Indonesia adalah Bahan Bakar
Minyak (BBM). BBM utamanya bensin dapat diproduksi melalui proses fluid catalytic
cracking (FCC) atau proses perengkahan. Proses FCC memerlukan katalis yang
komponennya terdiri atas zeolit, matriks aktif, filler, dan binder. Matriks aktif merupakan
komponen penting digunakan untuk membantu difusi komponen fraksi berat dari umpan
pada kolom distilasi menuju pori zeolit. Salah satu matriks aktif yang sudah
dikembangkan adalah melalui metode pembentukan sol dari garam aluminium dapat
menghasilkan LCO (light cycle oil) dengan persentase 37,5%-b. Selain itu, matriks juga
dapat disintesis dengan menggunakan bahan baku aluminium berupa kaolin yang
jumlahnya melimpah di Indonesia. Sehingga, metode pembuatan matriks yang telah
dikembangkan sebelumnya dan matriks dari kaolin baik untuk dikembangkan.
Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa keterulangan resep dan prosedur sintesis
matriks aktif oleh Kurniawan dan Widikrama (2019) dan mengganti sumber aluminium
dari garam aluminium menjadi metakaolin. Matriks yang dihasilkan dikarakterisasi
dengan BET (Brunauer-Emmett-Teller) untuk memperoleh data luas permukaan, volume
pori, diameter pori, MAT (Micro-activity Test) dengan umpan RBDPKO (Refined
Bleached Deodorized Palm Kernel Oil) dan VGO (Vacuum Gas Oil) untuk memperoleh
data aktivitas, dan gravimetri untuk memperoleh kandungan kokas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penelitian ini, luas permukaan matriks
berbanding lurus dengan volume pori dari matriks. Matriks silika-alumina dari garam
aluminium memiliki luas permukaan dan volume pori yang lebih besar dibandingkan
matriks dari kaolin. Aktivitas matriks aktif berkomposisi SiO2 75% dan fosfor 1% untuk
perengkahan VGO pada penelitian ini menghasilkan LCO 34,35%-b, gasolin sebesar
18,58%-b, dan HCO sebesar 47,07%-b serta perolehan produk cair sebesar 40%-b dan
kandungan kokas sebesar 13,56%-b.
Perpustakaan Digital ITB