digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Maisyarah
PUBLIC Open In Flipbook Alice Diniarti

COVER Maisyarah
PUBLIC Open In Flipbook Alice Diniarti

BAB 1 Maisyarah
PUBLIC Open In Flipbook Alice Diniarti

BAB 2 Maisyarah
PUBLIC Open In Flipbook Alice Diniarti

BAB 3 Maisyarah
PUBLIC Open In Flipbook Alice Diniarti

BAB 4 Maisyarah
PUBLIC Open In Flipbook Alice Diniarti

BAB 5 Maisyarah
PUBLIC Open In Flipbook Alice Diniarti

BAB 6 Maisyarah
PUBLIC Open In Flipbook Alice Diniarti

PUSTAKA Maisyarah
PUBLIC Open In Flipbook Alice Diniarti



LAMPIRAN 3 Maisyarah
PUBLIC Open In Flipbook Alice Diniarti

Penelitian dilakukan di tambang batubara Asam-asam yang dimiliki oleh PT Arutmin Indonesia. Tambang batubara tersebut berada di Desa Asam-asam, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Aktivitas pertambangan batubara dapat menimbulkan beberapa efek negatif pada tanah di sekitar area tambang. Efek negatif pertama adalah penurunan kualitas tanah yang dicirikan dengan sifat fisika dan kimia (karakteristik) tanah yang buruk, sehingga tanah menjadi kurang ideal untuk pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, PT Arutmin Indonesia melakukan upaya reklamasi guna memperbaiki kualitas tanah yang rusak akibat aktivitas pertambangan tersebut. Reklamasi merupakan akhir dari kegiatan pertambangan yang diharapkan dapat mengembalikan lokasi tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk digunakan sebagai lahan produktif, sehingga karakteristik tanah pada area reklamasi penting untuk diteliti agar efektivitas proses reklamasi dapat diketahui. Selain itu, karakteristik tanah pada area yang belum dilakukan proses reklamasi juga penting untuk diteliti agar bisa dijadikan sebagai perbandingan. Setelah dilakukan uji di laboratorium, diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara sifat fisika dan kimia tanah di area reklamasi dan area yang belum direklamasi. Hal tersebut menandakan bahwa proses reklamasi tidak berjalan secara optimal. Berdasarkan atas uji sifat fisika dan kimia tanah di laboratorium, diketahui bahwa sebesar 56,25% tanah pada daerah penelitian memiliki tekstur lempung, 56,25% memiliki berat isi yang terindikasi telah mengalami pemadatan (>1,37 g/cm3), 56,25% memiliki porositas yang jelek (<50%), 86,67% memiliki permeabilitas yang terlalu lambat (<2 cm/jam), 93,75% memiliki pH yang terlalu asam (<6), 93,75% memiliki kandungan C-organik dan N-total yang terlalu rendah (<2% dan <0,2%), 62,5% memiliki rasio C/N yang terlalu rendah (<11) dan 18,75% terlalu tinggi (>15), serta nilai KTK yang seluruhnya terlalu rendah (<5 cmol/kg). Sifat fisika dan kimia tanah yang jelek pada daerah penelitian dapat dipengaruhi oleh faktor geologi, yaitu batuan asal. Daerah penelitian tersusun atas batuan asal yang memiliki ukuran butir pasir halus hingga lanau. Hal ini menyebabkan tanah hasil lapukan dari batuan asal tersebut umumnya (87,5%) bertekstur halus. Adapun batuan asal tersebut tersusun atas mineral utama berupa kuarsa (resisten) dan felspar (terlapukan menjadi kaolinit). Keberadaan mineral kuarsa menyebabkan tanah memiliki pH yang rendah (asam) dan keberadaan mineral kaolinit menyebabkan tanah memiliki nilai KTK yang rendah. Efek negatif kedua dari aktivitas pertambangan adalah meningkatnya risiko tanah untuk tercemar limbah hidrokarbon aromatik polisiklik yang jika terpapar pada manusia dapat menyebabkan iritasi hingga kanker. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui kadar hidrokarbon aromatik polisiklik pada tanah di daerah penelitian. Setelah dilakukan uji di laboratorium, ditemukan adanya 6 jenis hidrokarbon aromatik polisiklik (naphthalene, acenaphthene, phenanthrene, pyrene, benzo[a]antracene, dan benzo[a]pyrene) dengan nilai masing-masing <3,37 mg/kg, <1,04 mg/kg, <1,22 mg/kg, <1,60 mg/kg, <1,63 mg/kg, <0,75 mg/kg. Adapun kadar kontaminan naphthalene, acenaphthene, phenanthrene, dan pyrene di tanah pada daerah penelitian telah melewati batas ambang dan berbahaya bagi manusia. Selain itu, diketahui bahwa faktor geologi (kelas batubara) memberi pengaruh terhadap keberadaan kontaminan hidrokarbon aromatik polisiklik di tanah. Berdasarkan atas analisis proksimat, diketahui bahwa daerah penelitian tersusun atas batubara kelas lignite A hingga high-volatile bituminous C. Namun, secara umum daerah penelitian didominasi oleh batubara kelas sub-bituminous C yang menyebabkan tanah di daerah penelitian mengandung banyak HAP LMW dan sedikit HAP HMW yang dapat didegradasi melalui proses fitoremediasi dan fotodegradasi.