digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Dwindo Lanang Yudhismara
Terbatas  Suharsiyah
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Dwindo Lanang Yudhismara
Terbatas  Suharsiyah
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Dwindo Lanang Yudhismara
Terbatas  Suharsiyah
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Dwindo Lanang Yudhismara
Terbatas  Suharsiyah
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Dwindo Lanang Yudhismara
Terbatas  Suharsiyah
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Dwindo Lanang Yudhismara
Terbatas  Suharsiyah
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Dwindo Lanang Yudhismara
Terbatas  Suharsiyah
» Gedung UPT Perpustakaan


Kondisi lapangan minyak di Indonesia, yang mayoritas merupakan lapangan marjinal yang terus mengalami penurunan tingkat produksi, serta pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, semakin mendorong peningkatan kebutuhan akan energi. Sehingga, kebutuhan akan pengembangan metode-metode yang inovatif untuk meningkatkan produksi minyak pun semakin besar. Nanoteknologi merupakan salah satu metode baru yang dapat memberikan peluang baik untuk diaplikasikan pada industri minyak dan gas. Metode ini merujuk pada aplikasi partikel yang berukuran sangat kecil (partikel nano) dibandingkan dengan ukuran pori batuan, sehingga partikel nano ini dapat dengan mudah masuk dan mengalir ke dalam batuan berpori walaupun dengan permeabilitas yang relatif kurang baik. Dan dikarenakan ukurannya yang relatif kecil tersebut, partikel nano memiliki luas permukaan kontak yang lebih besar dibandingkan dengan partikel berukuran biasa dalam satuan volume yang sama, sehingga interaksinya terhadap suatu permukaan menjadi sangat reaktif dan lebih efektif. Hal ini menyebabkan partikel nano mampu untuk memperbaiki sifat kebasahan batuan dengan melapisi batuan secara menyeluruh dan menjadikan batuan lebih bersifat water-wet sehingga minyak akan lebih mudah terlepas dari permukaan batuan dan tentunya, meningkatkan perolehan minyak. Karena partikel nano merupakan benda padat, maka dibutuhkan fluida dasar yang dapat membawa dan mengalirkan partikel nano melalui media berpori saat diinjeksikan. Brine atau air formasi merupakan salah satu fluida dasar yang dapat digunakan. Namun, salinitas yang terkandung pada brine dikhawatirkan dapat mempengaruhi performa dari partikel nano yang dibawa brine dalam memperbaiki sifat kebasahan batuan. Pada tesis ini, penelitian pada efek salinitas terhadap kemampuan nano-silika dalam memperbaiki sifat kebasahan batuan pasir. Nano-silika dipilih sebagai partikel nano yang digunakan pada penelitian ini karena partikel silika berasal dari pasir kuarsa (quartz sand). Pasir kuarsa merupakan bahan yang mudah didapatkan, memiliki harga yang relatif lebih murah, dan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan kimia lainnya.Pembuktian pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pengujian sudut kontak dan pengujian imbibisi spontan. Pengujian sudut kontak dilakukan sebagai metode yang digunakan untuk mengetahui sifat kebasahan suatu permukaan pori batuan. Sedangkan pengujian imbibisi spontan dilakukan untuk mengetahui hubungan antara sifat kebasahan batuan dengan tingkat perolehan minyak yang bisa didapatkan (oil recovery). Hasil pengujian menunjukkan bahwa adanya penurunan nilai sudut kontak dan perolehan minyak (oil recovery) yang didapatkan pada sampel yang menggunakan larutan nanofluida dengan peningkatan salinitas. Pada sampel yang menggunakan nanofluida dengan salinitas 1000 ppm, sudut kontak terbaik yang dihasilkan adalah sebesar 168o dengan perolehan minyak sebesar 82%. Namun, pada sampel larutan nanofluida dengan salinitas 10.000 ppm, sudut kontak yang dihasilkan turun menjadi sebesar 121o dengan perolehan minyak sebesar 76%. Hal ini membuktikan bahwa adanya pengaruh yang disebabkan oleh salinitas terhadap kemampuan nano-silika dalam memperbaiki sifat kebasahan batuan yang berujung pada tingkat perolehan minyak. Salinitas dengan selisih 9000 ppm dapat menurunkan keefektifan nano-silika dalam memperbaiki sifat kebasahan batuan hingga sebesar 36% serta menurunkan perolehan minyak hingga sebanyak 16%.