BAB 1 Ramadhan Adhyza Farhan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Ramadhan Adhyza Farhan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Ramadhan Adhyza Farhan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Ramadhan Adhyza Farhan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Ramadhan Adhyza Farhan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Ramadhan Adhyza Farhan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Penambangan longwall adalah bentuk penambangan batubara bawah tanah di mana dinding
batubara yang panjang ditambang dalam satu irisan tunggal. Salah satu cara metode
penambangan bawah tanah yang banyak dipilih oleh perusahaan pertambangan dalam
menambang batubara, yaitu longwall. Pada penambangan longwall, seam batubara yang akan
ditambang dibagi menjadi beberapa kolom penambangan yang disebut panel. Untuk memulai
penambangan, metode longwall diawali dengan membuat jalur masuk yang disebut entry. Entry
merupakan lubang bukaan pada tambang bawah tanah yang berfungsi sebagai akses keluar
masuk material dan pekerja. Entry dibuat dengan tingkat keamanan yang tinggi, hal tersebut
dilakukan untuk menghindari adanya resiko runtuhan yang dapat menyebabkan kerugian, baik
material maupun fatality. Oleh karena itu, evaluasi kestabilan bukaan terowongan harus
dilakukan. Evaluasi tersebut dilakukan dengan cara melakukan simulasi bukaan terowongan
pada dua buah kondisi. Kedua kondisi tersebut berupa model bukaan terowongan sebelum dan
setelah diberi penyangga. Metode yang dipakai untuk mengevaluasi yaitu metode elemen
hingga dengan cara meninjau hasil dari strength factor, yield element, dan diagram kapasitas
sistem penyangga. Lalu, dilakukan perbandingan hasil evaluasi kestabilan terowongan pada dua
kondisi tersebut. Hasil evaluasi kestabilan pada terowongan sebelum diberi penyangga
memiliki kondisi terburuk dengan nilai strength factor sebesar 1,00 dan yield element sebesar
100%. Hal ini menunjukkan bahwa kestabilan terowongan belum aman dan perlu diberikan
penyangga. Sedangkan hasil evaluasi kestabilan pada terowongan sesudah diberikan penyangga
memiliki nilai strength factor terkecil sebesar 1,58; yield element sebesar 0% dan FK diagram
kapasitas penyangga Steel set lebih besar dari 1. Hal ini menunjukan bahwa kestabilan
terowongan sudah aman.
Perpustakaan Digital ITB