digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Keragaman di tempat kerja tampaknya merupakan kata yang sering didengungkan di dunia barat ketika merekrut karyawan baru, banyak yang akan mengklaim betapa bermanfaatnya inovasi. Banyak penelitian cenderung memfokuskan keragaman dalam kaitannya dengan sifat-sifat demografis yang dapat diamati yang merupakan keanekaragaman permukaan, tetapi dalam penelitian ini peneliti juga mempelajari keanekaragaman dalam yang merupakan karakteristik yang susah terlihat terkait dengan nilai dan kepercayaan individu, dengan menganalisis Kantor Kanwil Jakarta Barat. Kantor tersebut bertugas untuk melakukan analisis, elaborasi, koordinasi, bimbingan, evaluasi dan pengendalian kebijakan serta melaksanakan tugas di bidang perpajakan. Untuk mengamati nilai individual, peneliti menggunakan teori nilai dasar Schwartz, teori ini bertujuan untuk menganalisis 10 nilai pada individu yaitu Keragaman yang diukur dengan nilai dasar sebagai indikator seperti kekuatan, hedonisme, prestasi, stimulasi, universalisme, pengarahan diri sendiri, konformitas, kebajikan, kebajikan , tradisi, keamanan. Dalam penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk menjelaskan tingkat kecenderungan perilaku kerja inovatif (IWB) berdasarkan latar belakang individu. Untuk mengumpulkan data, peneliti mengumpulkan data dari bagian sumber daya manusia Kantor Kanwil Jakarta Barat dan mendistribusikan kuesioner kepada 330 karyawan. Data kemudian dianalisis dengan membandingkan nilai dasar rata-rata masing-masing responden dengan skor rekan kerja mereka. Kemudian skor dikelompokkan menjadi tinggi dan rendah. Tinggi adalah untuk skor lebih tinggi dari total responden berarti. Rendah adalah untuk skor yang lebih rendah dari rata-rata total responden. Hasil analisis menunjukkan, untuk level permukaan ada pola yang menunjukkan kecenderungan positif IWB terhadap demografi tertentu, terutama di departemen pendidikan. Untuk nilai dasar, memiliki tren di mana semakin tinggi nilai dasarnya maka ada kecenderungan bahwa IWB juga tinggi. Ini ditunjukkan oleh hasil tinggi di seluruh tren nilai dasar menuju IWB. Karyawan dituntut untuk selalu menciptakan inovasi dan membantu dengan budaya perusahaan yang mempromosikan perilaku inovatif karena rekognisi dan pencapaian terhadap rekan kerja mendorong inovasi, dengan menggunakan KPI (indikator kinerja utama) mereka dan visi dan misi, penghargaan dan hukuman. Ini ditunjukkan oleh skor IWB di atas Kantor Wilayah Jakarta Barat. Meskipun penelitian ini mengungkapkan bahwa Kantor Pajak Daerah Jakarta Barat menawarkan insentif besar untuk kinerja baik, manajer tetap harus meningkatkan perilaku kerja inovatif dari karyawan yang memiliki skor rendah dengan melakukan pelatihan dan mentoring, hal ini dapat terbukti cukup efektif karena Baby Boomer dan Generasi Y yang sinergis saling melengkapi kelemahan. Dalam mendorong inovasi. Dengan demikian peneliti mendalilkan nilai apa pun dapat menciptakan perilaku kerja yang inovatif jika lingkungannya memungkinkan.