Keragaman di tempat kerja tampaknya merupakan kata yang sering didengungkan di dunia
barat ketika merekrut karyawan baru, banyak yang akan mengklaim betapa bermanfaatnya inovasi.
Banyak penelitian cenderung memfokuskan keragaman dalam kaitannya dengan sifat-sifat demografis
yang dapat diamati yang merupakan keanekaragaman permukaan, tetapi dalam penelitian ini peneliti
juga mempelajari keanekaragaman dalam yang merupakan karakteristik yang susah terlihat terkait
dengan nilai dan kepercayaan individu, dengan menganalisis Kantor Kanwil Jakarta Barat. Kantor
tersebut bertugas untuk melakukan analisis, elaborasi, koordinasi, bimbingan, evaluasi dan
pengendalian kebijakan serta melaksanakan tugas di bidang perpajakan.
Untuk mengamati nilai individual, peneliti menggunakan teori nilai dasar Schwartz, teori ini
bertujuan untuk menganalisis 10 nilai pada individu yaitu Keragaman yang diukur dengan nilai dasar
sebagai indikator seperti kekuatan, hedonisme, prestasi, stimulasi, universalisme, pengarahan diri
sendiri, konformitas, kebajikan, kebajikan , tradisi, keamanan. Dalam penelitian kuantitatif ini
bertujuan untuk menjelaskan tingkat kecenderungan perilaku kerja inovatif (IWB) berdasarkan latar
belakang individu. Untuk mengumpulkan data, peneliti mengumpulkan data dari bagian sumber daya
manusia Kantor Kanwil Jakarta Barat dan mendistribusikan kuesioner kepada 330 karyawan. Data
kemudian dianalisis dengan membandingkan nilai dasar rata-rata masing-masing responden dengan
skor rekan kerja mereka. Kemudian skor dikelompokkan menjadi tinggi dan rendah. Tinggi adalah
untuk skor lebih tinggi dari total responden berarti. Rendah adalah untuk skor yang lebih rendah dari
rata-rata total responden.
Hasil analisis menunjukkan, untuk level permukaan ada pola yang menunjukkan
kecenderungan positif IWB terhadap demografi tertentu, terutama di departemen pendidikan. Untuk
nilai dasar, memiliki tren di mana semakin tinggi nilai dasarnya maka ada kecenderungan bahwa IWB
juga tinggi. Ini ditunjukkan oleh hasil tinggi di seluruh tren nilai dasar menuju IWB. Karyawan
dituntut untuk selalu menciptakan inovasi dan membantu dengan budaya perusahaan yang
mempromosikan perilaku inovatif karena rekognisi dan pencapaian terhadap rekan kerja mendorong
inovasi, dengan menggunakan KPI (indikator kinerja utama) mereka dan visi dan misi, penghargaan
dan hukuman. Ini ditunjukkan oleh skor IWB di atas Kantor Wilayah Jakarta Barat. Meskipun
penelitian ini mengungkapkan bahwa Kantor Pajak Daerah Jakarta Barat menawarkan insentif besar
untuk kinerja baik, manajer tetap harus meningkatkan perilaku kerja inovatif dari karyawan yang
memiliki skor rendah dengan melakukan pelatihan dan mentoring, hal ini dapat terbukti cukup efektif
karena Baby Boomer dan Generasi Y yang sinergis saling melengkapi kelemahan. Dalam mendorong
inovasi. Dengan demikian peneliti mendalilkan nilai apa pun dapat menciptakan perilaku kerja yang
inovatif jika lingkungannya memungkinkan.