Infeksi merupakan penyakit akibat masuknya agen penginfeksi ke dalam tubuh dan salah satu metode
penanganannya adalah pemberian antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
menyebabkan peningkatan resistensi bakteri terutama resistensi terhadap sefalosporin generasi
ketiga pada Enterobacteriaceae seperti Escherichia coli. Resistensi E. coli terhadap sefalosporin
generasi ketiga diperantarai oleh adanya enzim beta laktamase jenis Extended-Spectrum Beta-
Lactamase (ESBL) yang dikode oleh beberapa jenis gen, diantaranya adalah gen CTX-M. Perbedaan
genotipe pada suatu gen dapat menyebabkan perubahan fenotipe, yang dapat diamati pada sifat
resistensi terhadap antibiotik pada bakteri, sehingga penelitian ini bertujuan untuk menentukan
subgenotipe gen CTX-M dan rekomendasi terapi yang tepat sesuai dengan subgenotipe tersebut agar
terapi yang diberikan optimal. Penelitian ini menggunakan isolat klinik pasien resisten sefalosporin
generasi ketiga dari salah satu rumah sakit di kota Bandung. Koloni bakteri dari isolat klinik
diremajakan di media Luria Bertani (LB) mengandung seftriakson. Bakteri dilisis menggunakan thermal
cycler pada suhu 98
o
C. Hasil lisis bakteri digunakan untuk deteksi gen CTX-M menggunakan PCR.
Produk PCR divisualisasi dengan elektroforesis menggunakan gel agarosa 1%. Sebesar 83,33% isolat
klinis (n=30) positif mengandung gen CTX-M. Beberapa isolat klinik yang positif dipilih berdasarkan
intensitas pita elektroforegram untuk proses sekuensing DNA. Hasil sekuensing dianalisis
menggunakan analisis BLAST nukleotida dan didapatkan 90% isolat klinik (n = 10) mengandung
subgenotipe CTX-M-15 (Accesion number: GQ274928) dengan persen homologi sebesar 99-100% dan
10% isolat klinik (n = 10) mengandung subgenotipe CTX-M-55 (Accesion number: LC512850) dengan
persen homologi sebesar 100%. Rekomendasi terapi yang dapat diberikan untuk subgenotipe CTX-M15 adalah antibiotik golongan karbapenem atau piperasilin-tazobaktam, sedangkan untuk
subgenotipe CTX-M-55 adalah antibiotik golongan karbapenem.