COVER Indika Anthyanto
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 1 Indika Anthyanto
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 2 Indika Anthyanto
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 3 Indika Anthyanto
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 3 Indika Anthyanto
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 3 Indika Anthyanto
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 3 Indika Anthyanto
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 3 Indika Anthyanto
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 3 Indika Anthyanto
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 4 Indika Anthyanto
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 4 Indika Anthyanto
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 4 Indika Anthyanto
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 4 Indika Anthyanto
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 4 Indika Anthyanto
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 4 Indika Anthyanto
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 4 Indika Anthyanto
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 5 Indika Anthyanto
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 6 Indika Anthyanto
PUBLIC Dedi Rosadi PUSTAKA Indika Anthyanto
PUBLIC Dedi Rosadi
Lapangan Panasbumi Patuha merupakan lapangan panasbumi dominasi uap yang berasosiasi
dengan Gunungapi Kuarter Patuha. Meskipun demikian, keterdapatan mineral alterasi
hidrotermal, seperti epidot, garnet, dan wairakit mengindikasikan bahwa lapangan
panasbumi ini dahulu merupakan sistem dominasi air. Penelitian ini bermaksud untuk
memahami evolusi fluida reservoir (dari dominasi air ke dominasi uap) dengan cara
membandingkan mineralogi alterasi hidrotermal dengan kondisi sistem panasbumi masa
kini.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari empat sumur (IA2, IA4, IA6, dan IA8) yang
terdiri dari 36 data serbuk bor, data pengukuran suhu dan tekanan, serta laporan log lumpur
pengeboran. Penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu pengamatan megaskopis
dan mikroskopis serbuk bor khususnya dari bagian reservoir, analisis difraksi sinar-X (XRD)
serbuk bor dan analisis kurva pengukuran suhu dan tekanan.
Litologi terdiri dari lava andesit dan piroklastik yang berumur Pliosen Akhir-Holosen.
Sebuah intrusi andesit porfiritik yang tidak tersingkap ditemukan di sumur. Intensitas alterasi
pada sampel tergolong sedang-sangat kuat. Zona alterasi terdiri dari [1] Zona Smektit-
Hematit (Zona Paleocaprock) yang ditemukan pada elevasi 2.030-1.950 mdpl, [2] Zona
Smektit-Klorit (Zona Paleocaprock) yang ditemukan pada elevasi 1.950-1.770 mdpl, [3]
Zona Smektit-Klorit-Kalsit (Zona Transisi) yang ditemukan pada elevasi 1.770-1.470 mdpl,
[4] Zona Ilit-Klorit-Epidot-Kalsit (Zona Paleoreservoir) yang ditemukan pada elevasi lebih
rendah dari 1.470 mdpl, dan [5] Zona Belerang (Zona Asam) yang ditemukan pada elevasi
2.150-1.420 mdpl. Paragenesis alterasi hidrotermal pada Zona Paleoreservoir menunjukkan
bahwa fluida reservoir masa lampau merupakan air meteorik dengan suhu 280-310°C, pH
netral, dan kandungan CO2 rendah. Fluida paleoreservoir berinteraksi dengan batuan,
mengalami sedikit pendinginan, dan mengalami proses pendidihan. Pendidihan yang terus
terjadi mengakibatkan fluida paleoreservoir menjadi pekat dan bertambah densitasnya. Hal
ini mengakibatkan reservoir air mengalami penurunan rata-rata sebesar 1.020 m. Pendidihan
yang terus terjadi juga mengakibatkan terbentuknya reservoir uap dengan ketebalan rata-rata
720 m di atas reservoir air dan mengakibatkan sistem berubah menjadi sistem dominasi uap.