digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Yosephine Ria Miranti
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Yosephine Ria Miranti
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Yosephine Ria Miranti
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Yosephine Ria Miranti
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Yosephine Ria Miranti
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Yosephine Ria Miranti
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Yosephine Ria Miranti
PUBLIC Alice Diniarti

Dalam aplikasinya teknologi hibrid Recirculating Aquaculture System – Zero Water Discharge (RAS-ZWD) telah mampu meningkatkan produktivitas budidaya udang putih (L. vannamei) dibandingkan dengan sistem konvensional. Kelebihan kinerja produktivitas ini belum bisa menjadi jaminan bahwa teknologi ini akan diterima dan digunakan oleh petani udang karena dengan penerapan teknologi konvensional petani masih bisa mendapat keuntungan, sedangkan sistem ini membutuhkan biaya investasi, commited man power, dan shifting paradigm dari para petani. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah kelembagaan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi permasalahan di tingkat petani terkait dengan pembentukan kelembagaan, 2) menentukan model dan strategi pembentukan kelembagaan petani, dan 3) menyusun Standard Operational Procedure (SOP) kelembagaan petani urban farming udang putih agar teknologi yang telah dikembangkan layak diaplikasikan di tingkat petani. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis soft system methodology untuk mengidentifikasi permasalahan, analisis rantai nilai, serta analisis business model canvas untuk menentukan model serta menganalisis performa kelembagaan. Narasumber yang terlibat terdiri dari perusahaan inti (UD Populer), anggota kelompok petani plasma (5 orang), tengkulak, supplier, dan eksportir. Berdasarkan hasil penelitian, permasalahan yang berhasil diidentifikasi di tingkat petani urban farming udang putih di Gresik, yaitu ketersediaan modal yang rendah, harga jual udang yang tidak stabil dan tidak transparan, serta tidak adanya tempat untuk menyimpan hasil produksi (holding atau cold-storage). Model kelembagaan petani yang dibentuk memiliki pola kemitraan inti-plasma. Dalam pola kemitraan ini, UD Populer bertindak sebagai perusahaan mitra/inti yang melakukan kemitraan dengan petani plasma dengan bertanggung jawab dalam konsultasi penyediaan permodalan, sarana produksi, dan bekerja sama dengan lembaga riset (ITB) untuk pemberian bimbingan teknis, sedangkan petani plasma memiliki kewajiban dalam melakukan budidaya sesuai arahan dan SOP dari perusahaan mitra serta menyerahkan hasil produksi kepada perusahaan mitra (inti). Model kelembagaan berikut mampu mengatasi masalah-masalah yang ada pada kelompok petani urban farming udang putih di Gresik seperti masalah permodalan, pengelolaan operasional, kestabilan harga jual per kilogram, serta penjagaan kestabilan kualitas produksi. Dengan dibentuknya kelembagaan petani, pembelian input produksi hingga pemasaran serta diseminasi teknologi dapat dilakukan secara kolektif sehingga seluruh kegiatan menjadi lebih efisien dan profit yang dihasilkan lebih stabil. Model kelembagaan ini dapat disesuaikan dengan peningkatan produktivitas petani dan dapat dikembangkan dalam jangka panjang untuk skala lebih besar dengan membentuk usaha berbadan hukum (PT) dan pendaftaran paten untuk skema pengelolaan kelembagaan. Pengelolaan kelembagaan ini mencakup peran lembaga pengembangan bidang teknologi dari ITB, lembaga pengelolaan penjualan serta pengelola bidang keuangan oleh UD Populer, dan lembaga pendanaan dari lembaga keuangan serta pemerintah pusat serta daerah yang akan meningkatkan industrialisasi dari proses budidaya yang dilaksanakan oleh petani. Skema kelembagaan yang telah dibuat mencakup SOP prosedur perjanjian kerjasama perusahaan mitra dan calon petani plasma, SOP prosedur persiapan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan budidaya, dan SOP kegiatan panen dan pemasaran hasil produksi. Performa kelembagaan dibuktikan dalam analisis business model canvas yang menunjukkan bahwa kelembagaan urban farming yang telah diterapkan di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk transaksi business to business (B2B) dan memiliki value proposition bersifat ramah lingkungan dalam kegiatan produksinya dan berkelanjutan serta mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi.