Mycobacterium tuberculosis (Mbt) merupakan bakteri penyebab tuberkulosis, yaitu salah satu
penyakit infeksi paling mematikan di dunia. Perkembangan resistensi obat antituberkulosis
meningkat dengan salah satu faktor utama penyebabnya adalah ketidakpatuhan pasien terhadap
regimen pengobatan yang cukup lama. Aktivitas ekstrak etanol batang serai hasil refluks, minyak
atsiri hasil distilasi uap air, dan ekstrak etanol ampas, yaitu batang serai yang telah terhilangkan
minyak atsirinya, diuji dan dibandingkan sebagai salah satu alternatif antituberkulosis terhadap
Mbt sensitif galur H37Rv, resisten Isoniazid dan Etambutol (Resisten HE), dan resisten
Streptomisin dan Rifampisin (Resisten SR). Aktivitas antituberkulosis diuji dengan metode
pengenceran, jumlah koloni yang tumbuh dihitung setiap minggu selama delapan minggu
terhitung setelah bakteri diinokulasikan. Bahan uji dikatakan memiliki aktivitas antituberkulosis
bila hingga minggu ke-8 persentase hambatan yang dihasilkan ????????Pengujian sebagai
antibakteri juga dilakukan terhadap bakteri gram positif, yaitu Staphylococcus aureus dan MRSA.
Aktivitas ditentukan berdasarkan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) hasil pengujian
mikrodilusi. Bahan uji memiliki aktivitas yang berbeda pada tiap galur Mycobacterium.
Pertumbuhan Mbt H37Rv dihambat oleh minyak atsiri 100 µg/mL. Tidak ada bahan uji yang dapat
menghambat pertumbuhan Mbt resisten SR sejak minggu ke-4. Pertumbuhan Mbt resisten HE
dihambat oleh ekstrak batang serai dan minyak atsiri, aktivitasnya diduga dipengaruhi konsentrasi
bakteri. Nilai KHM untuk S. aureus dihasilkan oleh ekstrak batang serai, yaitu 2048 µg/mL,
sementara untuk MRSA oleh minyak atsiri, yaitu 4096 µg/mL. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa minyak atsiri pada batang serai merupakan komponen yang lebih potensial untuk
dikembangkan sebagai antituberkulosis. Aktivitas sinergis minyak atsiri dan komponen lain batang
serai ditunjukkan oleh Mbt resisten HE dan S. aureus.