Hasil terapi yang optimal dapat dicapai jika pasien mengerti dan patuh terhadap pengobatannya.
Salah satu cara untuk meningkatkan pengertian dan kepatuhan pasien dengan konseling obat.
Saat ini masih ada beberapa rumah sakit yang belum mengadakan layanan tersebut, termasuk di
PMN RS Mata Cicendo Bandung. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien
akan layanan konseling obat, dukungan profesional kesehatan lain (dokter dan perawat), kesiapan
apoteker terhadap layanan konseling obat, dan fasilitas yang diperlukan untuk layanan konseling
obat di PMN RS Mata Cicendo. Penelitian diawali dengan studi pendahuluan untuk penentuan
fokus layanan konseling obat, kemudian survey kebutuhan kepada pasien rawat inap kelas 2 dan 3
dengan metode wawancara, survey dukungan kepada perawat rawat inap dan dokter, serta
survey kesiapan kepada apoteker dengan metode kuesioner. Data kemudian dianalisis, termasuk
analisis gap untuk mengatasi masalah keterbatasan dalam melaksanakan layanan konseling obat.
Seluruh pasien merasa perlu adanya konseling obat, 94,17% pasien setuju apoteker melaksanakan
konseling obat, 88,35% pasien bersedia diberikan konseling obat, dan 98,06% pasien akan
memanfaatkan layanan konseling obat. Seluruh responden perawat dan dokter mendukung
apoteker melaksanakan layanan konseling obat. Seluruh apoteker bersedia melaksanakan layanan
konseling obat. Dari analisis gap, ditemukan beberapa keterbatasan yang kemudian dibuatkan
solusinya. Untuk keterbatasan jumlah apoteker, perlu ditentukan prioritas kriteria pasien dan
penyakit yang diberikan konseling obat. Kriteria penggunaan obat, prosedur tetap, formulir data,
dan usulan pustaka untuk layanan konseling obat dibuat untuk mengatasi keterbatasan pada
fasilitas. Dengan demikian, layanan konseling obat sudah dapat diusulkan untuk diadakan dan
dilaksanakan di PMN RS Mata Cicendo Bandung.