COVER Ainun Zulfikar
PUBLIC Alice Diniarti BAB 1 Ainun Zulfikar
PUBLIC Alice Diniarti BAB 2 Ainun Zulfikar
PUBLIC Alice Diniarti BAB 3 Ainun Zulfikar
PUBLIC Alice Diniarti BAB 4 Ainun Zulfikar
PUBLIC Alice Diniarti BAB 5 Ainun Zulfikar
PUBLIC Alice Diniarti PUSTAKA Ainun Zulfikar
PUBLIC Alice Diniarti
Kain konduktif, Conductive Fabrics (CF) akan memiliki aplikasi yang penting
dalam kemajuan piranti elektronik (device) . Penggunaan material material
konvensional akan masih membatasi penggunaan piranti elektronik. Kain
konduktif akan mampu mengatasi masalah pada piranti elektronik yang mampu
dikenakan ( wearable device). Selain itu, teknologi akan piranti elektonik yang
mampu ditanam dalam tubuh juga akan berkembang. Kain konduktif merupakan
gabungan antara dua industri. Nanoteknologi dalam tekstil saat ini merupakan
topic yang banyak diteliti CNT merupakan material nano yang memiliki potensi
besar dalam berbagai aplikasi di masa mendatang. Penggunaan MWCNT dalam
aplikasi tekstil merupakan pilihan yang cocok untuk mengembangkan kain
konduktif. Kain katun dipilih karena merupakan material sudah lama dipercaya
sebagai serat yang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi. Selain itu,
penggunaan dispersan alami merupakan langkah untuk mengembangkan kain
konduktif yang ramah lingkungan. Dalam pembuatan kain konduktif dibuat tinta
supernatan MWCNT untuk selanjutnya kain diproses dengan cara dicelup. Tinta
dibuat dengan berbagai optimasi bahan dan metode pembuatan pada konsentrasi
MWCNT 0,1 ; 0,2 ; 0,3 % (w/w). Dispersan yang dipilih adalah dispersan ramah
lingkungan yaitu Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dan Gum Arabic (GA) yang
biasa digunakan dalam industry farmasi, makana dan kosmetik. MWCNT yang
digunakan merupakan MWCNT tanpa perlakuan (Pristine) dan dengan perlakuan
asam (AT). MWCNT didispersikan dalam media air dengan bantuan dispersan
CMC 0.5% dan GA 5%. Proses pendispersian MWCNT melalui metode
ultrasonikasi yang telah dioptimasi waktunya pada 8+1 menit. Kemudian tinta di
sentrifugasi pada 8000 RPM selama 20 menit untuk menghasilkan tinta
supernatan yang stabil. Konsentrasi tinta diukur dengan kurva kalibrasi sesuai
teori Lambert-Beer dengan UV-Vis Spektrometri. Selanjutnya kain katun (as
received) dicelupkan pada tinta selama tiga detik dengan keadaan kain tercelup
sempurna. Kain dikeringkan dengan oven pada 70 celcius selama 20 menit. Proses
pencelupan dan pengeringan dilakukan 5 kali untuk menambah jumlah CNT yang
termuat pada substrat kain katun. Selanjutnya kain dicuci untuk mengurangi
iii
kelebihan dispersan yang membentuk film pada kain konduktif katun - MWCNT
dengan cara konvensional dan vacuum. Pengujian hambatan permukaan pada kain
dilakukan dengan metode four point probe. Hasil yang diperoleh kain konduktif
katun – MWCNT dengan dispersan GA memiliki hambatan permukaan 30-100
kali lebih tinggi dari yang menggunakan CMC. Penggunaan MWCNT dengan
perlakuan asam juga menaikkan hambatan permukaan pada semua jenis dispersan.
Pencelupan sebanyak 5 kali juga efektif untuk menaikkan jumlah pemuatan
MWCNT sehingga menurunkan hambatan permukaan. Hasil dari pembuatan kain
konduktif katun - MWCNT dirasa masih kurang optimal karena pada pengamatan
SEM masih ditemukan lapisan akibat jumlah dispersan yang terlalu banyak pada
pembuatan tinta supernatan. Perlakuan paska proses ,pencucian, dilakukan untuk
mengurangi jumlah dispersan yang ada pada kain konduktif katun - MWCNT
sehingga nilai hambatan permukaannya turun. Hasil pencucian dengan metode
konvensional dan vacuum terbukti efektif pada kain konduktif dengan dispersan
GA. Hal ini dibuktikan dengan nilai hambatan permukaan yang turun 200 kali
lipat. Sedangkan pengaruh pencucian konvensional dan vacuum membuat kain
konduktif dengan dispersan CMC naik hambatan permukaannya 2 kali lipat. Hasil
ini menunjukkan kain konduktif katun-MWCNT memiliki potensi yang besar
sebagai material konduktif alternatif pada berbagai aplikasi perangkat elektronik.