digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Kurniawan Setiadi K
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Kurniawan Setiadi K
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Kurniawan Setiadi K
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Kurniawan Setiadi K
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Kurniawan Setiadi K
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Kurniawan Setiadi K
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Kurniawan Setiadi K
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

DAFTAR Kurniawan Setiadi K
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Gempa merupakan salah satu pertimbangan utama dalam perencanaan infrastruktur. Dalam perencanaan struktur di Indonesia dibuat peraturan oleh Badan Standardisasi Nasional yaitu SNI 1726-2012 tentang ”Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung”. Dalam peraturan ini diatur cara mendesain beban gempa struktur, salah satunya adanya besaran faktor redundansi, ????, sebagai faktor pembesaran beban gempa yang diatur dengan ketentuan tertentu. Untuk gedung dengan ketidakberaturan torsi disyaratkan menggunakan besar nilai faktor redundansi, ???? = 1,3. Pada studi ini akan mengevaluasi besar nilai faktor redundansi, ????, terhadap ketidakberaturan torsi, yaitu dengan cara membandingkan perilaku struktur 2 (dua) buah model struktur dengan ketidakberaturan torsi yang memiliki besar nilai faktor redundansi, ????, yang berbeda yaitu model pertama menggunakan ???? = 1 dan ???? = 1,3 untuk model kedua. Analisis dilakukan dengan menggunakan software ETABS 9.7.4. Pada studi ini dilakukan analisis pushover untuk melihat perilaku struktur kedua model. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa model dengan ketidakberaturan torsi yang menggunakan faktor redundansi, ???? = 1 hampir tidak mencapai performance level, sedangkan model dengan faktor redundansi, ???? = 1,3 mencapai performance level yang diharapkan. Selain itu, struktur dengan ketidakberaturan torsi akan memerlukan biaya yang relatif lebih besar dibandingkan reguler struktur. Dari hasil perbandingan 2 (dua) buah model dalam studi ini, nilai faktor redundansi terhadap gedung beton bertulang dengan ketidakberaturan torsi sudah sesuai dan cocok digunakan di Indonesia.