digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT) menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas pada hasil tanaman hortikultura. Adanya ancaman OPT khususnya dari serangga mendorong petani melakukan upaya pengendalian yaitu melalui penggunaan pestisida. Proses penyemprotan pestisida menimbulkan pencemaran dan meninggalkan residu pada tanaman hortikultura dengan sifatnya yang toksik, berakumulasi dan persisten di lingkungan, resisten terhadap organisme yang menjadi target, berpotensi risiko terhadap gangguan kesehatan manusia, dan mampu menyerang sistem saraf. Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari merupakan daerah yang berkembang sebagai penghasil tanaman hortikultura berupa sayur kubis dan wortel dengan petani sebagai pekerja yang merupakan penduduk asli wilayah penelitian. Proses pengolahan pangan dengan perlakuan pencucian dengan air mengalir dan perlakuan pencucian diikuti perebusan sebelum dikonsumsi dapat mengurangi residu organofosfat yang terkandung di dalam bahan pangan tersebut. Kubis dan wortel di Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari meninggalkan residu organofosfat berupa bahan aktif diazinon, fenitrotion, metidation, malation, klorpirifos, paration, dan profenofos. Nilai rata-rata konsentrasi residu organofosfat pada wortel lebih besar dibandingkan pada kubis. Konsentrasi residu organofosfat pada kubis dan wortel menurun dengan dilakukannya perlakuan pencucian dengan air mengalir diikuti perebusan lebih efektif dibandingkan perlakuan hanya di cuci dengan air mengalir. Untuk analisis risiko kesehatan manusia dinilai dengan nilai Average daily dose (ADD) dan Hazard Index (HI) untuk mengetahui tingkat bahaya paparan dari residu organosfat. Nilai ADD utuk paparan organofosfat dari konsumsi kubis dan wortel masih berada di bawah nilai ADI untuk masing-masing residu organofosfat artinya masih dapat diterima oleh responden. Nilai HI untuk seluruh responden berada di bawah satu bahwa dosis residu organofosfat yang masuk ke dalam tubuh manusia tidak menimbulkan efek non-karsinogenik.