Gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT) menyebabkan penurunan
kualitas dan kuantitas pada hasil tanaman hortikultura. Adanya ancaman OPT
khususnya dari serangga mendorong petani melakukan upaya pengendalian yaitu
melalui penggunaan pestisida. Proses penyemprotan pestisida menimbulkan
pencemaran dan meninggalkan residu pada tanaman hortikultura dengan sifatnya
yang toksik, berakumulasi dan persisten di lingkungan, resisten terhadap organisme
yang menjadi target, berpotensi risiko terhadap gangguan kesehatan manusia, dan
mampu menyerang sistem saraf. Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari merupakan
daerah yang berkembang sebagai penghasil tanaman hortikultura berupa sayur
kubis dan wortel dengan petani sebagai pekerja yang merupakan penduduk asli
wilayah penelitian. Proses pengolahan pangan dengan perlakuan pencucian dengan
air mengalir dan perlakuan pencucian diikuti perebusan sebelum dikonsumsi dapat
mengurangi residu organofosfat yang terkandung di dalam bahan pangan tersebut.
Kubis dan wortel di Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari meninggalkan residu
organofosfat berupa bahan aktif diazinon, fenitrotion, metidation, malation,
klorpirifos, paration, dan profenofos. Nilai rata-rata konsentrasi residu organofosfat
pada wortel lebih besar dibandingkan pada kubis. Konsentrasi residu organofosfat
pada kubis dan wortel menurun dengan dilakukannya perlakuan pencucian dengan
air mengalir diikuti perebusan lebih efektif dibandingkan perlakuan hanya di cuci
dengan air mengalir. Untuk analisis risiko kesehatan manusia dinilai dengan nilai
Average daily dose (ADD) dan Hazard Index (HI) untuk mengetahui tingkat bahaya
paparan dari residu organosfat. Nilai ADD utuk paparan organofosfat dari konsumsi
kubis dan wortel masih berada di bawah nilai ADI untuk masing-masing residu
organofosfat artinya masih dapat diterima oleh responden. Nilai HI untuk seluruh
responden berada di bawah satu bahwa dosis residu organofosfat yang masuk ke
dalam tubuh manusia tidak menimbulkan efek non-karsinogenik.
Perpustakaan Digital ITB