Patah tulang merupakan cedera yang sering terjadi. Patah tulang sering kali
disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Untuk beberapa kasus patah tulang,
khususnya patah tulang terbuka yang cukup kompleks membutuhkan taylor spatial frame
sebagai alat fiksasi tulang. Taylor spatial frame merupakan alat fiksasi tulang eksternal yang
memiliki 6 derajat kebebasan. Namun, taylor spatial frame sulit didapatkan di Indonesia
dikarenakan tidak diproduksi di Indonesia dan harganya yang mahal. Oleh karena itu
pengembangan dari taylor spatial frame dengan harga yang murah dibutuhkan.
Dalam proses perancangan, beberapa kriteria desain ditinjau untuk menentukan
konsep desain yang digunakan. Taylor spatial frame terdiri dari dua buah ring dan enam buah
strut. Analisis statik menggunakan metode numerik dengan perangkat lunak ANSYS
dilakukan untuk memastikan desain kuat untuk menahan beban. Berdasarkan analisis statik,
desain terus diiterasi hingga mendapat desain yang dianggap optimal.
Proses manufaktur dilakukan dengan proses pemesinan dari bahan material mentah.
Beberapa komponen langsung menggunakan komponen standar di pasaran atau dengan
sedikit modifikasi terlebih dahulu. Material yang digunakan adalah AA7075 T6 dan SS304.
Pengujian kinematika kemudian dilakukan untuk menguji apakah taylor spatial frame dapat
melaksanakan fungsinya dalam memperbaiki posisi tulang. Dalam pengujian, tulang
dimodelkan oleh batang nilon kemudian dipasangkan dalam kondisi terdeformasi pada taylor
spatial frame. Parameter deformasi tulang diukur menggunakan marker tracking dari
pandangan anteroposterior, lateral, dan aksial. Parameter deformasi tulang dan pemasangan
rangka dimasukkan pada perangkat lunak kemudian didapatkan keluaran berupa panjang tiap
strut. Panjang strut diatur mengikuti data dari perangkat lunak, nilon kemudian diukur untuk
mengetahui besar kesalahan yang terjadi. Taylor spatial frame berhasil diproduksi dengan
biaya Rp2.778.800,00 tidak termasuk komponen fiksasi dengan kesalahan posisi 1 – 3 mm
Perpustakaan Digital ITB