digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Owen Nixon Jimawan
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Owen Nixon Jimawan
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 1 Owen Nixon Jimawan
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 2 Owen Nixon Jimawan
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 3 Owen Nixon Jimawan
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 4 Owen Nixon Jimawan
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 5 Owen Nixon Jimawan
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 6 Owen Nixon Jimawan
PUBLIC Dedi Rosadi

PUSTAKA Owen Nixon Jimawan
PUBLIC Dedi Rosadi

Batugamping Formasi Rajamandala merupakan salah satu satuan batuan yang menggambarkan proses perkembangan cekungan Tersier dan Kuarter di Pulau Jawa, khususnya Cekungan Bogor. Daerah penelitian terletak di Batununggal dan Cikamuning yang secara geografis terletak pada koordinat 06°50’47,5”LS 107°24’38,1”BT dan 06°48’54,3”LS 107°28’09”BT. Penelitian bertujuan untuk menganalisis zona kerusakan sesar dan inti sesar yang dipengaruhi oleh struktur geologi berupa sesar normal pada daerah penelitian. Metode yang digunakan antara lain deskripsi batuan dan observasi zona kerusakan sesar pada singkapan Batununggal. Adapun data tambahan berupa kadar lempung (CCR) pada singkapan Batununggal serta sejumlah data lain untuk singkapan Cikamuning diperoleh dari Geodynamic Research Group ITB. Data hasil observasi dianalisis untuk memberikan informasi mengenai arsitektur sesar pada kompleks batuan karbonat. Pada pengamatan zona kerusakan sesar, data rekahan menunjukkan ada sembilan set rekahan di zona kerusakan sesar pada singkapan dengan sesar normal berorientasi NE-SW di daerah Batununggal. Rekahan di zona kerusakan sesar tersebut cenderung dibentuk oleh tekanan lokal dibanding tekanan regional. Selain itu, ada kesamaan yang signifikan dalam orientasi rekahan pada setiap fasies di sepanjang semua zona kerusakan sesar. Karakter rekahan tersebut dipengaruhi oleh tipe fasies yang ditandai dengan adanya perbedaan kerapatan dan spasi rekahan yang cukup signifikan antarfasiesnya. Kerapatan rekahan berkurang seiring dengan peningkatan spasi rekahan ketika rekahan menjauh dari inti sesar. Nilai kerapatan rekahan tertinggi (55,19%) ada pada jarak 3 meter pertama dari inti sesar. Pada analisis inti sesar terlihat bahwa permeabilitas akan semakin rendah jika jaraknya semakin dekat dengan inti sesar, kecuali jika batuan sesar telah mengalami breksiasi sehingga permeabilitasnya meningkat. Jarak horizontal dan posisi sampel (foot wall atau hanging wall) juga memiliki pengaruh terhadap nilai permeabilitas sehingga kedua faktor tersebut perlu dimasukkan dalam pendekatan untuk mengestimasi permeabilitas batuan. Adapun perhitungan transmissibility multiplier pada singkapan Batununggal menghasilkan nilai yang menunjukkan bahwa sesar tersebut akan berpotensi membocorkan (leaking) aliran fluida.