digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Edo Kharisma Army
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER Edo Kharisma Army
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 1 Edo Kharisma Army
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 2 Edo Kharisma Army
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Edo Kharisma Army
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Edo Kharisma Army
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 5 Edo Kharisma Army
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 6 Edo Kharisma Army
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 7 Edo Kharisma Army
PUBLIC Irwan Sofiyan

PUSTAKA Edo Kharisma Army
PUBLIC Irwan Sofiyan

Synthetic Aperture Radar (SAR) merupakan teknik pemetaan jarak jauh untuk menghasilkan citra resolusi tinggi menggunakan gelombang mikro yang dapat mendeteksi obyek di permukaan tanah melewati tutupan vegetasi. Pendeteksian kelurusan dan struktur pada citra SAR umumnya dilakukan secara visual. Beberapa metode pendeteksian secara automasi sudah dikembangkan, seperti Hough transform, Fuzzy C, Lineament Identification Algorithm (LIA). Namun masih terdapat kekurangan pada setiap metode. Permeabilitas dan suseptibilitas magnetik digunakan sebagai salah satu indikator pendeteksian manifestasi panasbumi yang berasosiasi dengan struktur geologi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi kelurusan secara visual dan otomatis serta menganalisis efektifitas kedua metode, menentukan parameter kelurusan dan kemagnetan yang berasosiasi dengan struktur, serta menganalisis kontrol kelurusan dan kemagnetan terhadap manifestasi panasbumi. Data yang digunakan adalah PALSAR (Phased Array L-band Synthetic Aperture Radar) dual orbit dan polarimetri. Metode Yamaguchi dan mSTA (modified Segment Tracing Algorithm) digunakan untuk pendeteksian kelurusan secara visual dan automasi. Metode dPSAR (dielectric of Polarimetric Synthetic Aperture Radar) digunakan untuk mengidentifikasi anomali magnetik akibat aktivitas fluida hidrotermal pada struktur geologi. Observasi lapangan dilakukan untuk memvalidasi data hasil olahan dengan kondisi aktual di lapangan. Metode mSTA mendeteksi 2951 kelurusan, lebih banyak dari metode Yamaguchi yang mendeteksi 1170 kelurusan. Peta struktur interpretatif yang dihasilkan kedua metode memiliki arah dominan yang sama, yaitu Baratlaut-Tenggara. Metode mSTA menghasilkan sudut offset lebih kecil (2°) dibandingkan metode Yamaguchi (5°) terhadap struktur di lapangan (EKA-10). Metode mSTA lebih efektif dan representatif dalam mendeteksi kelurusan yang berhubungan dengan struktur tektonik. Hasil dPSAR menunjukkan kelurusan yang berasosiasi dengan struktur memiliki nilai kemagnetan permukaan relatif tinggi. Manifestasi panasbumi memiliki nilai kemagnetan rendah akibat aktivitas fluida termal.