Synthetic Aperture Radar (SAR) merupakan teknik pemetaan jarak jauh untuk
menghasilkan citra resolusi tinggi menggunakan gelombang mikro yang dapat
mendeteksi obyek di permukaan tanah melewati tutupan vegetasi. Pendeteksian
kelurusan dan struktur pada citra SAR umumnya dilakukan secara visual.
Beberapa metode pendeteksian secara automasi sudah dikembangkan, seperti
Hough transform, Fuzzy C, Lineament Identification Algorithm (LIA). Namun
masih terdapat kekurangan pada setiap metode. Permeabilitas dan suseptibilitas
magnetik digunakan sebagai salah satu indikator pendeteksian manifestasi
panasbumi yang berasosiasi dengan struktur geologi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi kelurusan secara visual dan otomatis
serta menganalisis efektifitas kedua metode, menentukan parameter kelurusan dan
kemagnetan yang berasosiasi dengan struktur, serta menganalisis kontrol
kelurusan dan kemagnetan terhadap manifestasi panasbumi. Data yang digunakan
adalah PALSAR (Phased Array L-band Synthetic Aperture Radar) dual orbit dan
polarimetri. Metode Yamaguchi dan mSTA (modified Segment Tracing
Algorithm) digunakan untuk pendeteksian kelurusan secara visual dan automasi.
Metode dPSAR (dielectric of Polarimetric Synthetic Aperture Radar) digunakan
untuk mengidentifikasi anomali magnetik akibat aktivitas fluida hidrotermal pada
struktur geologi. Observasi lapangan dilakukan untuk memvalidasi data hasil
olahan dengan kondisi aktual di lapangan.
Metode mSTA mendeteksi 2951 kelurusan, lebih banyak dari metode Yamaguchi
yang mendeteksi 1170 kelurusan. Peta struktur interpretatif yang dihasilkan kedua
metode memiliki arah dominan yang sama, yaitu Baratlaut-Tenggara. Metode
mSTA menghasilkan sudut offset lebih kecil (2°) dibandingkan metode
Yamaguchi (5°) terhadap struktur di lapangan (EKA-10). Metode mSTA lebih
efektif dan representatif dalam mendeteksi kelurusan yang berhubungan dengan
struktur tektonik. Hasil dPSAR menunjukkan kelurusan yang berasosiasi dengan
struktur memiliki nilai kemagnetan permukaan relatif tinggi. Manifestasi
panasbumi memiliki nilai kemagnetan rendah akibat aktivitas fluida termal.