digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Dzaki Naufal Hakim
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 1 Dzaki Naufal Hakim
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 2 Dzaki Naufal Hakim
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 3 Dzaki Naufal Hakim
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 4 Dzaki Naufal Hakim
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 5 Dzaki Naufal Hakim
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

DAFTAR Dzaki Naufal Hakim
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

2019 TA PP DZAKI NAUFAL HAKIM_LAMPIRAN.pdf?
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

2019 TA PP DZAKI NAUFAL HAKIM_JURNAL.pdf ]
Terbatas  Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan

Konsep City Branding merupakan suatu konsep didalam perencanaan kota yang tidak hanya terbatas pada pemasaran atau gambaran/image perkotaan saja, akan tetapi juga sebagai upaya didalam penyampaian pesan dan pengembangan lokasi perkotaan untuk meningkatkan fungsi perkotaan. Kota Bandung menerapkan Konsep City Branding di dalam Rencana Detail Tata Ruang dengan menetapkan tematik perkotaan pada setiap Sub Wilayah Kota Bandung dengan tema-tema yang menggunakan istilah perkotaan seperti Sportipolis, Mediapolis, Travelapolis, dan lain sebagainya. Adapun didalam penetapan tema tersebut tidak terlalu didasarkan atas perumusan yang jelas sehingga dikhawatirkan apa yang telah direncanakan justru tidak disadari oleh masyarakat sendiri. Hal tersebut berbanding terbalik dengan Konsep City Branding itu sendiri yang seharusnya di dalam penetapan branding pada suatu kota/kawasan harus melibatkan berbagai pemangku kepentingan termasuk masyarakat agar branding yang diangkat dapat disadari oleh masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya. Hal tersebut berkaitan dengan perlunya peningkatan pemahaman akan ruang yang dilakukan dengan melakukan analisis persepsi yang dimana seiring dengan perkembangan teknologi, analisis tersebut dapat menggunakan teknologi tepat guna. Adapun teknologi tepat guna dalam hal ini ialah dengan melalui pendekatan penggunaan media sosial untuk mengetahui persepsi. Hal ini dikarenakan telah terjadi perubahan komunikasi di masyarakat menjadi digital dengan menggunakan media sosial sebagai salah satu alat komunikasinya. Maka dari itu, dilakukan analisis kesesuaian persepsi yang terbentuk pada media sosial dengan tema pengembangan tematik Sub Wilayah Kota Bandung sebagai bentuk pendekatan baru yang lebih bersifat eksploratif. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan bahwa memang pembicaraan pada media sosial didominasi oleh pembicaraan mengenai aspek sosial, kemudian aspek fisik dan terakhir aspek ekonomi. Selain itu, dapat diketahui bahwa dari delapan Sub Wilayah Kota Bandung hanya tiga Sub Wilayah Kota yaitu SWK Cibeunying, SWK Bojonagara, dan SWK Arcamanik yang memiliki kesesuaian diantara topik persepsi pembicaraan pada media sosial dengan tema pengembangan masing-masing SWK. Hal ini dapat membuktikan bahwa mayoritas masyarakat utamanya pengguna media sosial masih belum menyadari dan memahami akan branding suatu SWK yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Bandung.