digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Downhole Water Sink adalah sebuah teknologi yang telah digunakan untuk mencegah terjadinya water coning pada reservoir bertipe strong water drive. Teknologi ini juga dapat meningkatkan oil recovery dengan menunda terjadinya water coning di sekitar lubang sumur. Perforasi dibuat pada zona minyak dan air. Tujuan dari pembuatan perforasi di zona air yaitu untuk menyediakan gaya penyeimbang untuk melawan pergerakan air menuju ke perforasi di zona minyak. Keberadaan air di sekitar lubang sumur dapat mengurangi permeabilitas relatif dari minyak sehingga akan menurunkan laju produksi minyak. Nilai dari recovery minyak tergantung pada kombinasi laju produksi dari perforasi atas dan bawah. Terdapat beberapa metode untuk menganalisa kombinasi optimum laju produksi dari kedua perforasi tersebut seperti Inflow Performance Window (IPW) yang diajukan oleh Inikori, dkk. (2002) dan DWS Guideline Plot (DGP) yang diperkenalkan oleh Marhaendrajana, dkk. (2006). Akan tetapi, metode tersebut belum mempertimbangkan perubahan mobility ratio sehingga kurang dapat merepresentasikan kondisi aktual dalam keseluruhan waktu produksi sumur. Reservoir model di sekitar lubung sumur diperlukan sehingga didapatkan cakupan optimasi yang menyeluruh. Differential evolution merupakan salah satu metode terbaik yang dapat digunakan karena dapat mengurangi waktu optimasi dibanding metode pendekatan langusng lain. Total kumulatif produksi minyak dipilih sebagai global objective function dengan total water cut sumur yang berkisar antara 74% sampai 92% sebagai parameter konstrain. Hasil optimasi menunjukkan laju produksi optimum dari perforasi atas berkisar antara 106 stb/d sampai 500 stb/d, sedangkan laju produksi optimum dari perforasi bawah berkisar antara 0 stb/d sampai 1107 stb/d. Optimum flow regime untuk nilai konstrain 74% sampai 84% yaitu water coning, sehingga DWS tidak cocok untuk diaplikasikan pada nilai konstrain tersebut. Sedangkan optimum flow regime untuk nilai konstrain 86% sampai 90% yaitu oil coning. Peran DWS menjadi signifikan pada kisaran nilai konstrain tersebut. Ketika konstrain bernilai 92%, optimum flow regime akan berubah menjadi water coning kembali dengan profil water cut pada perforasi atas yang lebih rendah dibanding dengan sebelumnya. Akan tetapi pada nilai konstrain ini, hasil optimasi menunjukkan nilai laju produksi dari perforasi bawah yang cukup tinggi, sehingga membuat peran DWS masih dibutuhkan untuk mencapai kondisi optimum. Hasil optimasi tersebut divalidasi menggunakan generalized Inflow Performance Window (IPW). Secara umum, laju optimum yang diperoleh berada pada lokasi flow regime yang sesuai dengan analisisa flow regime berdasarkan profil water cut pada perforasi atas. Kelebihan dari studi ini adalah mengusulkan pendekatan baru dalam proses pencarian dan evaluasi kombinasi optimum antara laju produksi pada perforasi atas dan bawah menggunakan metode differential evolution yang dapat mengurangi waktu optimasi dan memberikan optimasi yang lebih menyeluruh