digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia terletak di kawasan Cincin Api Pasifik atau biasa disebut juga dengan Ring of Fire sehingga banyak gunung api aktif yang terdapat di Indonesia. Hal ini menjadikan Indonesia memiliki prospek energi geotermal yang besar, tetapi belum semuanya dapat diproduksikan. Salah satu sistem energi geotermal yang belum dapat diproduksikan adalah sistem hot dry rock atau batuan panas kering. Sistem hot dry rock belum dapat diproduksikan karena batuan tersebut tidak mengandung fluida serta memiliki permeabilitas yang rendah. Namun, batuan tersebut memiliki temperatur yang cukup tinggi sehingga memiliki kandungan panas yang besar. Salah satu cara untuk memproduksikan sistem ini adalah dengan melakukan hydraulic fracturing yaitu membuat rekahan pada batuan dengan menggunakan fluida perekah. Setelah rekahan terbentuk, proppant diinjeksikan untuk menjaga rekahan agar tidak tertutup lalu air kemudian diinjeksikan melalui rekahan tersebut sehingga dihasilkan uap yang akan diproduksikan melalui sumur produksi. Pada industri geotermal rekahan dibuat tidak hanya untuk mengalirkan fluida tetapi juga sebagai media pertukaran panas antara air yang diinjeksikan dengan batuan. Sistem pemanfaatan energi geotermal dengan metode tersebut dikenal dengan istilah engineered geothermal system. Studi ini membahas bagaimana cara menentukan massa proppant yang dibutuhkan untuk menjaga rekahan agar tidak tertutup, menentukan volume injeksi fluida perekah yang dibutuhkan, dan menentukan waktu injeksi yang dibutuhkan untuk membuat rekahan tersebut berdasarkan sifat-sifat fisik dari batuan yang akan direkahkan, ukuran rekahan yang akan dibuat, serta jenis proppant maupun fluida perekah yang akan digunakan. Selain itu, di dalam studi ini dilakukan juga sensitivitas untuk menentukan sifat fisik apa yang paling berpengaruh dalam menentukan massa proppant, volume injeksi, serta waktu injeksi yang diperlukan. Hasil perhitungan untuk membuat rekahan pada studi ini menunjukkan bahwa diperlukan 662.897,07 lbm proppant dan 1.317,26 bbl fluida perekah dengan waktu injeksi selama 32,93 menit. Grafik sensitivitas menunjukkan bahwa panjang rekahan memiliki pengaruh yang paling besar terhadap kebutuhan massa proppant serta volume injeksi fluida perekah sedangkan laju injeksi fluida memiliki pengaruh yang paling besar terhadap lamanya waktu injeksi fluida perekah.