digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Saskia Ayuningtyas Sahadatina
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Saskia Ayuningtyas Sahadatina
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Saskia Ayuningtyas Sahadatina
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Saskia Ayuningtyas Sahadatina
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Saskia Ayuningtyas Sahadatina
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Saskia Ayuningtyas Sahadatina
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Saskia Ayuningtyas Sahadatina
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Kepiting merupakan makrofauna yang banyak ditemukan di dalam ekosistem mangrove dan berperan penting dalam siklus nutrisi di dalamnya. Salah satu genus kepiting mangrove, yaitu Sesarma, ditemukan mendominasi di Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk, DKI Jakarta. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan kehidupan Sesarma spp. karena Sesarma spp. sangat peka terhadap perubahan dan gangguan yang terjadi di habitatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan Sesarma spp., mengukur faktor lingkungan pada habitat Sesarma spp., serta mengetahui hubungan faktor lingkungan terhadap kelimpahan Sesarma spp. pada tiga stasiun di TWA Angke Kapuk yang berbeda dalam hal rona lingkungan dan tingkat keramaian pengunjung. Pengambilan data dilakukan pada 8-11 Maret 2019. Stasiun 1 berlokasi di dekat sarana penginapan (Villa Pondok Alam) dengan rona lingkungan cenderung terbuka serta terdapat jembatan untuk pengunjung. Stasiun 2 berlokasi di dekat kawasan wisata air dan pengamatan burung dengan rona lingkungan cenderung terbuka serta ramai dilalui pengunjung karena merupakan daerah untuk penanaman mangrove. Stasiun 3 berlokasi dekat dengan kawasan reklamasi dengan rona lingkungan cenderung tertutup serta cukup banyak dilalui pengunjung. Pengambilan data kelimpahan kepiting dilakukan pada dua plot berukuran 2×2m untuk masing-masing stasiun dengan menghitung kepiting yang berada di dalam plot pada pukul 11.00-18.00 WIB, selama empat hari. Kepiting yang teramati ditandai dengan cat putih pada bagian karapas agar tidak terjadi perhitungan dua kali. Kepiting yang masuk ke dalam lubang, digali langsung atau ditunggu hingga keluar dan ditangkap dengan tangan. Data faktor lingkungan seperti pH, kelembaban, dan temperatur substrat, serta kandungan materi organik diambil di dalam plot 2×2m, sedangkan data salinitas air diambil dalam plot 10×10m. Hubungan faktor lingkungan terhadap kelimpahan kepiting dianalisis dengan analisis korelasi Pearson. Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh estimasi kelimpahan Sesarma spp. tertinggi pada Stasiun 1 sebesar 77.500 ind/ha, diduga karena habitat kepiting tidak terganggu secara langsung oleh pengunjung dengan adanya jembatan untuk pengunjung. Kelimpahan pada Stasiun 2 sebesar 35.000 ind/ha yang lebih rendah kemungkinan terkait dengan ditemukannya burung blekok yang dikenal sebagai predator Sesarma spp. Kelimpahan pada Stasiun 3 sebesar 31.250 ind/ha diduga berhubungan dengan banyaknya sampah yang terbawa dari laut dan kawasan reklamasi. Hasil pengukuran faktor lingkungan untuk Stasiun 1, 2 dan 3 berturut-turut adalah sebagai berikut: temperatur rata-rata substrat sebesar 27,4±0,5oC; 27,9±0,5oC; dan 28,2±1,1oC; pH rata-rata substrat sebesar 6,65±0,30; 6,30±0,39; dan 5,68±1,13; kelembaban rata-rata substrat sebesar 82,5±8,4%; 96,3±4,4%, dan 100,0±0,0%; salinitas sebesar 4,14 ppt; 10,61 ppt; dan 10,05 ppt; serta kandungan materi organik substrat sebesar 44,39%; 41,93%; dan 43,93%. Kelimpahan Sesarma spp. berkorelasi kuat secara negatif terhadap salinitas (r = -0,991) dan kelembaban (r = -0,998), berkorelasi kuat secara positif terhadap pH (r = 0,988) dan kandungan materi organik (r =0,601), serta berkorelasi sedang secara negatif terhadap temperatur (r = -0,451).