digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki biodiversitas tertinggi. Tumbuhan asli Indonesia banyak yang memiliki khasiat sebagai tumbuhan obat dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat secara tradisional. Salah satu tumbuhan asli Indonesia adalah genus Cryptocarya yang dikenal dengan nama lokal Medang atau Huru. Beberapa spesies Cryptocarya telah dilaporkan memiliki senyawa aktif dan satu di antaranya adalah spesies C. pulchrinervia yang merupakan tumbuhan asli yang tumbuh di daerah Sumatera, Kalimantan dan Papua. Salah satu senyawa piron yang terdapat pada C. pulchrinervia yaitu kriptobrakiton C telah dilaporkan memiliki sifat sitotoksik pada lini sel leukemia murin P-388 dengan IC50 3,03 ?g/mL (12,71 ?M), tetapi profil akumulasi kriptobrakiton C pada daun C. pulchrinervia serta potensinya sebagai antikanker terutama pada lini sel kanker payudara MCF-7 dan T47D belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis profil akumulasi kriptobrakiton C pada daun C. pulchrinervia serta potensinya sebagai antikanker pada lini sel kanker payudara MCF-7 dan T47D. Adapun penelitian ini dilakukan dalam dua bagian. Bagian 1; yaitu analisis profil akumulasi kriptobrakiton C pada daun C. pulchrinervia menggunakan metode mass spectrometry MALDI-MSI (Matrix Assisted Laser Desorption Ionization-Mass Spectrometry Imaging) dan GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry). Bagian 2; yaitu isolasi kriptobrakiton C, analisis antioksidan dengan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl), analisis sitotoksisitas kriptobrakiton C terhadap lini sel kanker payudara MCF-7 dan T47D menggunakan uji MTT (3-(4,5- dimetilthiazol-2-yl)-2,5-di-feniltetrazolium bromida), analisis uji antiproliferasi dengan menggunakan BrDu- ELISA (5-bromo-2’-deoxiuridin-Enzyme-Linked Immunosorbent Assay), uji apoptosis menggunakan uji fluoresens annexin/PI-FITC serta flow-cytometry, uji migrasi sel menggunakan Boyden Chamber serta uji klonogenik untuk mengetahui kemampuan sel dalam membentuk koloni. Hasil kajian profil akumulasi secara kualitatif menunjukkan bahwa intensitas relatif kriptobrakiton C paling banyak diakumulasikan pada jaringan mesofil daun yang muda, yaitu daun ke-2 dibandingkan daun lainnya berdasarkan umur fisiologis. Hal tersebut sejalan dengan hasil uji kuantitatif yang menunjukkan akumulasi kriptobrakiton C paling tinggi ada pada daun muda sebesar 87,07 ± 47,21 mg. Hasil uji antioksidan menunjukkan bahwa kriptobrakiton C memiliki kategori aktivitas antioksidan yang sedang dengan indeks AAI 0,57. Sementara itu, uji MTT menunjukkan bahwa IC50 kriptobrakiton pada lini sel MCF-7 sebesar 12,94 ± 0,32 ?M, IC50 pada lini sel T47D sebesar 65,33 ± 2,33 ?M serta IC50 pada sel normal MRC-5 sebesar 122,57 ± 19,84 ?M. Hal tersebut menunjukkan bahwa kriptobrakiton C bersifat sitotoksik terhadap lini sel MCF-7. Hasil uji proliferasi menunjukkan bahwa pada IC50 kriptobrakiton C dapat menghambat proliferasi sel MCF-7 sebesar 29,33 ± 21,20% setelah 12 jam perlakuan. Sementara itu, IC50 kriptobrakiton C dapat menghambat proliferasi sel T47D sebesar 51,42 ± 3.31%. Hasil apoptosis menunjukkan bahwa IC50 kriptobrakiton C pada sel MCF-7 dapat menginduksi apoptosis awal sel sebesar 14,75 ± 1,39%, dan IC50 kriptobrakiton C pada sel T47D dapat menginduksi apoptosis awal sebesar 14,17 ± 2,64%. Adapun uji migrasi menunjukkan bahwa IC50 kriptobrakiton C pada sel MCF-7 dapat menghambat migrasi sel sebesar 72,41 ± 9,27% dan IC50 kriptobrakiton C pada sel T47D dapat menghambat migrasi sel sebesar 57,69 ± 4,16%. Selain itu, berdasarkan hasil uji klonogenik IC50 kriptobrakiton C pada lini sel MCF-7 dapat menghambat pembentukan koloni sel dengan surviving fraction (SF) sebesar 0,32 ± 0,04, sedangkan IC50 kriptobrakiton C pada lini sel T47D dapat menghambat pembentukan koloni dengan SF sebesar 0,55 ± 0,12. Dari semua uji dalam penelitian tersebut maka dapat dinyatakan bahwa data akumulasi kriptobrakiton C pada daun muda tersebut merupakan informasi yang penting yang dapat dimanfaatkan dalam pemilihan sampel daun untuk memaksimalkan isolasi kriptobrakiton C dari daun, serta juga dapat digunakan untuk pengembangan produksi kriptobrakiton C secara in vitro. Selain itu, sifat sitotoksik kriptobrakiton C terhadap lini sel MCF-7, menunjukkan bahwa kriptobrakiton C memiliki potensi sebagai antikanker pada MCF-7.