Jakarta memiliki banyak gedung bertingkat tinggi yang beroperasi setiap
hari sepanjang tahun tanpa henti. Sebanyak 60% biaya operasional sebuah
gedung bertingkat tinggi merupakan biaya energi sistem pengondisian udara
gedung tersebut. Adanya tarif listrik jam beban puncak yang memiliki tarif dua
kali jam luar beban puncak, membuat biaya operasional gedung menjadi mahal,
dan memaksa para pengelola gedung untuk mencari alternatif manajemen
pengoperasian gedung.
Thermal Energy Storage (TES) merupakan salah satu solusi murah untuk
mengurangi biaya pengoperasian gedung. Thermal Energy Storage adalah
metode manajemen penggunaan listrik untuk mengurangi biaya pengoperasian
sistem pengondisian udara sebuah gedung khususnya pada jam beban puncak.
Dilakukan studi perancangan sistem pengondisian udara bagi dua buah
gedung apartemen tingkat tinggi di Jakarta yang masih dalam tahap
pengembangan. Estimasi beban pendinginan serta pemilihan perlengkapan untuk
sistem pengondisian udara gedung tersebut telah dilakukan. Dari kedua gedung
tersebut, dipilih tiga buah alternatif sistem pengondisian udara, masing – masing
adalah sistem pengondisian udara Split, sistem pengondisian udara sentral dengan
water cooled chiller, dan sistem pengondisian udara sentral menggunakan water
cooled chiller dan TES.
Dari tiga alternatif sistem pengondisian udara, akan dipilih sistem
pengondisian udara yang memiliki nilai paling ekonomis tanpa mengurangi
tingkat kenyamanan penghuni masing – masing gedung. Perhitungan nilai Life
Cycle Cost dilakukan sebagai metode untuk menentukan tingkat keekonomian
sistem pengondisian udara tersebut. Life cycle peralatan diasumsikan selama 10
dan 15 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa beban pendinginan
tertinggi untuk Menara A adalah sebesar 1083,62 TR, sedangkan untuk Menara B
sebesar 931,85. Baik untuk life cycle peralatan 10 dan 15 tahun, sistem
pengondisian udara water cooled chiller dan thermal energy storage (TES)
merupakan sistem pengondisian udara paling ekonomis untuk kedua buah gedung
tingkat tinggi tersebut. Penggunaan TES untuk sebuah sistem pengondisian udara
ternyata dapat menghemat biaya operasional sistem pengondisian udara gedung
hingga Rp. 100 juta per tahunnya dibanding dua alternatif sistem yang diusulkan.
Perpustakaan Digital ITB