2019_TA_PP_BAVO_SILVERIUS_PANDIANGAN_1-ABSTRAK.pdf
PUBLIC Alice Diniarti COVER Bavo Silverius Pandiangan
PUBLIC Alice Diniarti BAB 1 Bavo Silverius Pandiangan
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 2 Bavo Silverius Pandiangan
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 3 Bavo Silverius Pandiangan
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 4 Bavo Silverius Pandiangan
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 5 Bavo Silverius Pandiangan
PUBLIC Dedi Rosadi PUSTAKA Bavo Silverius Pandiangan
PUBLIC Alice Diniarti
Pantai selatan Jawa beberapa kali mengalami tsunami yang berasosiasi dengan
zona subduksi. Daerah Kulon Progo yang berada di selatan Jawa dipilih untuk
mengidentifikasi kejadian tsunami dimasa lampau sebagai acuan untuk
memperkirakan kejadian tsunami di masa yang akan datang. Penelitian ini
menggunakan sampel bor tangan dengan kode TRK-02 sepanjang 1 m yakni pada
kedalaman 20-120 cm. Sampel ini diambil di daerah Kulon Progo, Daerah
Istimewa Yogyakarta oleh Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI. Tujuan penelitian
ini untuk mengidentifikasi keterdapatan endapan paleotsunami di daerah Kulon
Progo berdasarkan karakteristik besar butir, unsur-unsur kimia, dan mikrofosil
dari endapan yang diambil sampelnya.
Daerah Kulon Progo pernah mengalami tiga kali tsunami ditandai dari karakter
endapan pada bor tangan kode TRK-02 pada kedalaman 99 cm – 102 cm, 90 cm-
95 cm, dan 78 cm – 85 cm. Karakteristik endapan paleotsunami tersebut sangat
berbeda dengan endapan-endapan yang berada diatas dan bawahnya. Berdasarkan
analisis granulometri, endapan paleotsunami memiliki ukuran butir lanau sedanglanau
sangat kasar, sortasi buruk-sangat buruk, pola kurva frekuensi bimodalpolymodal.
Berdasarkan analisis XRF ditemukan kandungan Ca dan Sr sebagai
penciri lingkungan laut yang lebih melimpah dibandingkan dengan endapan non
kandidat paleotsunami . Berdasarkan analisis mikrofosil, ditemukan 9 spesies
foraminifera planktonik dan 5 spesies foraminifera bentonik pada lapisan endapan
paleotsunami. Adanya Uvigerina peregrina dan Cibicides bradyi menunjukkan
setidaknya tsunami terjadi dari bathyal- abyssal yang bercampur dengan endapan
dari neritik dalam. Adanya foraminifera juvenile juga mengindikasikan bahwa
tsunami terjadi ketika foraminifera tersebut masih hidup, dan cangkang-cangkang
foraminifera yang pecah mengindikasikan gelombang tsunami yang cukup intensif
menyebabkan benturan terhadap spesimen foraminifera tersebut.