digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2019_TS_PP_MAULANA_KHAFID_ARROHMAN_1-ABSTRAK.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

COVER MAULANA KHALID A.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

BAB I PENDAHULUAN.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

BAB II TIN-PUS.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

BAB III METODOLOGI.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

BAB IV GAMBARAN UMUM.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

PUSTAKA Maulana Khafid Arrohman
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki permasalahan pencemaran udara yang khususnya bersumber dari sektor transportasi. Secara umum kondisi pencemaran udara akibat sektor transportasi di wilayah DKI Jakarta sudah cukup tinggi. Tentunya penerapan kebijakan oleh pemerintah guna menekan angka polusi udara akibat transportasi telah banyak dicanangkan, seperti EURO II, EURO III, dan EURO IV yang rencananya akan diberlakukan pada tahun 2018 ini. Penelitian ini akan memberikan gambaran kondisi pencemaran udara polutan PM10, PM2,5, CO, NOx, SO2, dan BC dalam bentuk inventarisasi emisi tahunan pada sektor transportasi di wilayah DKI Jakarta. Serta kondisi emisi udara mendatang apabila kebijakankebijakan lainnya diterapkan. Kebijakan yang akan dilaksanakan diantaranya EURO IV pada tahun 2018, CNG pada tahun 2020, serta penerapan scrapping pada tahun 2025, dan sistem ganjil-genap pada tahun 2018 untuk kemudian akan dibandingkan sesuai dengan efektivitas nilai pengurangan pencemaran udara yang dihasilkan pada setiap skenario kebijakan tersebut. Inventarisasi emisi udara akan dilakukan menggunakan model software GAINS atau Greenhouse gas – Air pollution Interactions and Synergies model. Sistem model GAINS merupakan sistem model berbasis online yang akan mempermudah perhitungan inventarisasi emisi dengan menggunakan aktivitas data untuk kemudian mendapatkan hasil emisi tahunan secara time series untuk setiap parameter polutan tertentu. Hasil mengindikasikan bahwa skenario ganjil-genap-lah yang memiliki rasio pengurangan polutan udara paling optimal dengan nilai penurunan pada tahun pertama penerapannya, 2020, mencapai 51,1% atau 59,15 Kt untuk NOX, 43,26% atau 0,8 Kt untuk SO2, 57,42% atau 398,53 Kt untuk CO, 52,3% atau 4,45 Kt untuk PM10, 54,05% atau 3,8 Kt untuk PM2,5, dan 54,06% atau 1,47 Kt untuk BC.