Diuretik merupakan dasar pengobatan fase akut gagal jantung dan penggunaannya
dapat menyebabkan berbagai gangguan elektrolit seperti hiponatremia. Namun, di
Indonesia belum ada penelitian mengenai kejadian hiponatremia disebabkan
diuretik pada pasien gagal jantung akut. Penelitian ini merupakan studi analitik
dengan desain potong lintang yang bersifat retrospektif melalui kajian data rekam
medik pada pasien gagal jantung akut di ruang rawat inap RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung selama periode tahun 2014-2018. Terdapat 36 subjek penelitian (rata-rata
usia 50,81±20,494; 69,44% laki-laki) yang memenuhi kriteria inklusi dengan 20
pasien yang menunjukkan kejadian hiponatremia saat dirawat inap dengan keadaan
normonatremia saat masuk rumah sakit dan seluruhnya menerima diuretik loop
(furosemid), sebagian ada yang dikombinasikan dengan diuretik hemat kalium
(antagonis aldosteron) yaitu spironolakton. Berdasarkan statistik deskriptif
terhadap variabel usia, terdapat tiga data pencilan yang tidak diikutsertakan dalam
analisis hubungan menggunakan regresi logistik. Analisis hubungan pada taraf ?
sebesar 5% (tingkat kepercayaan 95%) terhadap variabel jenis kelamin, usia,
kekuatan dosis furosemid, spironolakton, terapi bersamaan yang digunakan, dan
faktor diuresis memperlihatkan bahwa kekuatan dosis furosemid (p-value
0,041<0,05; OR 12,066) dan usia (p-value 0,05<0,041; OR 0,921) berpengaruh
secara signifikan terhadap kejadian hiponatremia. Hiponatremia berdasarkan
keparahan biokimia dikategorikan menjadi ringan (61,11%, 11 pasien), sedang
(38,89%, 7 pasien), dan berat (0%). Hiponatremia berdasarkan waktu
perkembangan kejadiannya dikategorikan dengan akut (<48 jam) (38,89%, 7
pasien) dan kronis (?48 jam) (61,11%, 11 pasien). Tidak ada pasien yang
menunjukkan gejala hiponatremia. Disimpukan bahwa pasien gagal jantung akut
usia lansia yang diberikan furosemid dosis tinggi dengan faktor risiko jenis kelamin
perempuan, komorbid gangguan ginjal, dan penggunaan bersamaan antihipertensi
golongan ACEI berkaitan dengan kejadian hiponatremia. Sehingga
direkomendasikan melakukan pemeriksaan kadar natrium terhadap pasien dengan
terapi furosemid dosis tinggi yang memiliki faktor risiko.