digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2010_TS_PP_DUWITA_COHAEREO_TRIHIRA_MAIZIR_1-COVER.pdf
Terbatas agus slamet
» ITB

Kajian mengenai tingkat stres peserta didik telah banyak dilakukan dan diketahui bahwa salah satu faktor pencetus utamanya adalah tekanan akademis berupa ujian. Ujian merupakan alat ukur penilaian peserta didik dalam proses belajar, terutama menilai tingkat pengetahuan (kognitif). Bentuk penilaian keberhasilan peserta didik pada tingkat akhir di Perguruan Tinggi adalah dengan melaksanakan ujian akhir Sidang Sarjana. Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran mengenai tingkat stres terhadap tujuh belas mahasiswa pria ITB yang telah melaksanakan Sidang Sarjana pada bulan September 2009 dan telah mendapatkan Keterangan Persetujuan Etik yang dikeluarkan oleh Fakultas Kedokteran UNPAD-RSUP Hasan Sadikin Bandung. Tujuan utama penelitian adalah untuk mengetahui tingkat stres dari kelompok mahasiswa tahap sarjana yang memiliki perbedaan waktu tempuh masa studi melalui pengukuran kadar hormon berupa kortisol dan T3, kondisi faal berdasarkan berat badan, tekanan darah, denyut nadi, dan suhu tubuh, serta pendataan kuesioner. Naracoba terdiri atas tiga kelompok yaitu kelompok (I) naracoba angkatan 2002 yang berada pada batas akhir masa studi; (II) gabungan naracoba angkatan 2003 dan 2004, dan (III) naracoba angkatan 2005 yang tepat waktu dalam masa studi. Pengambilan darah untuk pengukuran kadar hormon dan kondisi faal dilakukan satu bulan sebelum dan satu jam sebelum Sidang serta pengukuran kondisi faal selama lima hari berturut-turut sebelum Sidang. Pengukuran tingkat stres secara subjektif dilakukan pula berdasarkan kuesioner Students Stress Scale Modifikasi oleh Duwita (SSS-MoD) dan Mind Over Mood Anxiety Inventory Modifikasi oleh Duwita (MOMA-MoD). Metode multivariat seperti MANAVA (Multivariansi) dan PCA (Principal Component Analysis) digunakan untuk menganalisis seluruh data penelitian. Berdasarkan hasil kuesioner yang dianalisis menggunakan PCA, diketahui bahwa stressor yang sering dialami adalah berbeda pendapat dengan Dosen Pembimbing dan pengaturan waktu yang menyebabkan naracoba mengalami stres tingkat sedang. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan kadar hormon dan kondisi faal seluruh kelompok naracoba secara nyata, baik saat satu bulan sebelum dan satu jam sebelum Sidang. Walaupun demikian, kelompok I memiliki kadar hormon kortisol dan T3 yang tinggi (13.43 ?g/dL and 1.08ng/mL), berat badan (94.35 Kg), denyut nadi (82 kali per menit) dan suhu tubuh (36.430C). Akan tetapi, kelompok III justru memiliki tekanan sistol dan diastol paling tinggi (115/78 mm/Hg). Seluruh data yang diperoleh berada dalam kisaran normal namun, diperoleh hubungan yang nyata (p<0,05) antara kadar hormon dan kondisi faal sebagai indikator tingkat stres naracoba melalui persamaan regresi: YT = 4.2075 + 0,391X1 – 1,252X2 + 0,0048X4 – 1,9805X5 – 0.0012X6 + 0,0218X7 dengan YT = Total nilai kuesioner SSS-MoD, X1 = kortisol, X2 = T3, X4 = tekanan darah sistol, X5 = tekanan darah diastol, X6 = berat badan, dan X7 = denyut nadi. Dapat disimpulkan bahwa seluruh mahasiswa pria ITB yang melaksanakan Sidang Sarjana pada Bulan September 2009 mengalami stres kronis dan tingkat stres sedang selama perioda waktu menjelang Sidang yang diikuti dengan kenaikan kadar kortisol, sistol, dan denyut nadi, namun mengalami penurunan kadar T3, diastol, dan berat badan. Walaupu demikian, kelompok I memiliki kadar hormon dan kondisi faal dengan nilai tertinggi dibandingkan kelompok lain.