digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2015_TS_PP_AAN_HARTONO_1-COVER_.pdf
PUBLIC Alice Diniarti

2015_TS_PP_AAN_HARTONO_1-BAB_1.pdf
PUBLIC Alice Diniarti

2015_TS_PP_AAN_HARTONO_1-BAB_2.pdf
PUBLIC Alice Diniarti

2015_TS_PP_AAN_HARTONO_1-BAB_3.pdf
PUBLIC Alice Diniarti

2015_TS_PP_AAN_HARTONO_1-BAB_4_.pdf
PUBLIC Alice Diniarti

2015_TS_PP_AAN_HARTONO_1-BAB_5.pdf
PUBLIC Alice Diniarti

2015_TS_PP_AAN_HARTONO_1-BAB_6.pdf
PUBLIC Alice Diniarti


Batugamping Formasi Baturaja dikategorikan sebagai reservoir utama di Blok South & Central Sumatra Extension, Cekungan Sumatra Selatan. Kegagalan beberapa sumur eksplorasi dan pengembangan di area ini pada umumnya disebabkan karena reservoir batugamping tidak berkembang terkait perubahan fasies secara lateral atau memiliki porositas yang kurang baik (tight). Penelitian pada Lapangan F bertujuan mengestimasi model distribusi fasies dan porositas batugamping dengan pendekatan fasies seismik dan multi atribut seismik. Hasil penelitian diharapkan dapat mengurangi resiko kegagalan pada pengeboran sumur berikutnya di Lapangan F dan juga menjadi model referensi atau analog untuk lapangan lain dan prospek eksplorasi dengan jenis play yang sama. Pengamatan fasies seismik di Lapangan F menunjukkan lima fasies batugamping yang berkembang pada paparan lokal yang terisolasi dengan pola relatif berarah barat daya-timur laut. Peta fasies seismik kemudian divalidasi dengan fasies batugamping dari data sumur untuk mendapatkan peta fasies pengendapan batugamping di Lapangan F. Fasies pengendapan yang dapat dikenali di daerah penelitian yaitu platform margin, platform interior, platform slope dan platform basin. Pendekatan multi atribut seismik bertujuan untuk memprediksi log properti tiruan dengan mencari hubungan statistik antara data log seperti porositas, sinar gamma, densitas dan impedansi akustik terhadap trace atribut seismik di lokasi sumur. Hubungan tersebut kemudian diaplikasikan pada semua data seismik 3D untuk mendapatkan volume log properti tiruan. Hasil prediksi tersebut kemudian diekstrak pada interval batugamping sehingga didapatkan peta distribusi porositas atau log properti lainnya yang memiliki hubungan linear dengan porositas berdasarkan analisis crossplot pada data sumur. Model distribusi fasies dan porositas batugamping menunjukkan fasies pengendapan bukan satu-satunya faktor dan kunci utama yang mengontrol distribusi porositas reservoir. Porositas lebih dipengaruhi oleh berkembangnya porositas sekunder hasil proses diagenesa yang terjadi pada interval bagian atas batugamping. Indikasi berkembangnya porositas sekunder ditunjukkan dengan kehadiran porositas bertipe vuggy dan moldic pada sampel batuan inti di Lapangan F. Hasil penelitian juga merekomendasikan untuk meletakkan titik lokasi sumur infill berikutnya di sebelah utara atau selatan sumur F16 karena menunjukkan properti yang lebih baik dibandingkan lokasi lainnya