digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak: Penggunaan radiasi pengion dalam teknik diagnosis dan intervensi nonbedah seperti fluoroskopi, radiologi dan kardiologi intervensi menghasilkan dosis radiasi yang tinggi tidak hanya pada pasien tetapi juga pada pekerja medis. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemantauan kondisi lingkungan kerja pada kegiatan medis tersebut untuk melindungi pekerja dari efek kesehatan jangka panjang akibat paparan radiasi. Pemantauan efek langsung pada makhluk hidup akibat paparan radiasi pengion hampir jarang dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kondisi lingkungan kerja rumah sakit yang terpapar radiasi pengion menggunakan Allium cepa sebagai bioindikator. Penelitian dilakukan di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung pada empat (4) lokasi yaitu ruang periksa dan operator pada tindakan kardiologi intervensi, ruang periksa dan operator tindakan fluoroskopi, ruang operator tindakan CT-Scan dan radioterapi. Bioindikator ditempatkan pada masing-masing ruang tindakan tersebut. Efek yang dilihat pada tanaman A. cepa adalah indeks mitotik dan aberasi kromosom. Hasil perhitungan dosis radiasi pada semua ruang operator di keempat lokasi studi masih berada di bawah nilai ambang batas yaitu 20 mSv/tahun, begitu pula dengan nilai rerata efek indeks mitotik dan aberasi kromosom yang dapat dikatakan tidak bersifat toksik terhadap sel A. cepa berdasarkan perbandingan dengan kontrol negatif. Sementara itu dosis akumulasi pada ruang pemeriksaan kardiologi intervensi berada di atas ambang batas, hal ini pun sejalan dengan nilai indeks mitotik dan aberasi kromosom yang dihasilkan. Berdasarkan kurva dosis-respon, hubungan antara dosis akumulasi terhadap persentase indeks mitotik dan aberasi kromosom bersifat logaritmik dengan nilai korelasi (R2) yang tinggi yaitu berturut-turut 0,862 dan 0,933