Bioetanol merupakan sumber energi terbarukan yang penting karena dapat digunakan untuk
menggantikan bahan bakar fosil. Bioetanol memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah
reduksi polusi, sumber energi terbarukan, dan material awal yang mudah untuk produksi.
Produksi bioetanol generasi pertama menggunakan hasil pertanian mengundang konotasi negatif
dalam isu “Food vs Fuel.” Produksi bioetanol generasi kedua digunakan untuk menghindari
kontroversi ini dengan menggunakan material lignoselulosa. Material lignoselulosa ini
mengandung sekitar 40% gula heksosa (D-glukosa) dan 20% gula pentose (D-xylosa).
Ragi Saccharomyces cerevisiae yang digunakan untuk produksi bioetanol tidak dapat secara
natural menggunakan D-xylosa sebagai sumber karbon. Masalah ini diatasi dengan
menambahkan xylosa isomerase dari fungi dan overekspresi dari gen yang terlibat dalam jalur
pentosa fosfat. Modifikasi ini membuat ragi dapat mengkonsumsi D-xylosa akan tetapi setelah
D-glukosa dikonsumsi terlebih dahulu. Untuk meningkatkan kemampuan konsumsi bersama Dglukosa
dan D-xylosa, rekayasa evolusi dari S. cerevisiae dilakukan dan galur baru, Evo6,
diperoleh. Evo6 menunjukkan konsumsi D-xylosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan galur
awal, akan tetapi diikuti dengan penurunan konsumsi D-glukosa dan berakibat pada penurunan
laju pertumbuhan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah meningkatkan konsumsi D-glukosa
pada Evo6 untuk produksi bioetanol yang lebih baik.
Evo6 merupakan galur yang mudah mengalami flokulasi karena upregulasi yang signifikan dari
Flo1, gen yang terlibat dalam flokulasi. Setelah delesi gen FLO1, Evo6 tidak mengalami
flokulasi. Evo6ΔFlo1 yang digunakan pada penelitian ini menunjukkan konsumsi gula yang lebih
baik dibandingkan dengan Evo6. Lebih lanjut, data RNAseq menunjukkan bahwa terjadi
upregulasi Tsl1 dan Tps3 pada Evo6. Kedua gen ini adalah gen yang terlibat dalam
pembentukkan trehalosa. Salah satu senyawa antara dalam jalur ini adalah trehalosa-6-fosfat
yang merupakan inhibitor terhadap hexokinase yang melakukan fosforilasi glukosa menjadi
glukosa-6-fosfat. Akumulasi dari trehalosa-6-fosfat ini menjelaskan penurunan konsumsi Dglukosa
oleh galur Evo6ΔFlo1. Setelah delesi TPS3 atau TSL1 menggunakan sistem CRISPRCas9,
diamati peningkatan konsumsi D-glukosa dan produksi etanol.
Penelitian lebih lanjut menunjukkan terjadi penurunan level ekspresi Hxt1 secara signifikan pada
Evo6 dibandingkan pada galur awal. Hxt1 merupakan transporter D-glukosa dengan affinitas
rendah yang akan diekspresikan pada konsentrasi D-glukosa yang tinggi. Overekspresi dari Hxt1
pada Evo6 meningkatkan metabolisme D-glukosa tetapi diikuti dengan penurunan konsumsi Dxylosa.
Level overekspresi dari Hxt1 dikonfirmasi dengan menggunakan qPCR untuk
membandingkan pada level ekspresi aktin. Overekspresi dari Hxt1 dilakukan dengan mengubah
promoter Hxt1 menggunakan sistem CRISPR-Cas9. Untuk elusidasi lebih lanjut dari
peningkatan konsumsi D-xylosa pada Evo6, transporter Hxt37 yang mengandung mutasi titik
N367I, yang ditemukan pada Evo6, dioverekspresi pada galur awal. Mutasi ini mengubah Hxt37
dari transporter yang spesifik untuk D-glukosa menjadi transporter yang spesifik untuk D-xylosa.
Overekspresi dari Hxt37 dengan mutase titik N367I menghasilkan penurunan metabolisme Dglukosa
secara signifikan namun hanya diikuti dengan peningkatan konsumsi D-xylosa yang
tidak signifikan. Overekspresi dari Hxt37 dilakukan dengan menggunakan sistem plasmid.
Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa pada galur yang melakukan konsumsi bersama
D-glukosa dan D-xylosa, metabolisme D-xylosa berujung pada peningkatan produksi trehalosa-
6-fosfat yang akan membatasi konsumsi D-glukosa.
Perpustakaan Digital ITB