digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 VICTOR SUGANDA RULIE (NIM : 12514040)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 VICTOR SUGANDA RULIE (NIM : 12514040)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 VICTOR SUGANDA RULIE (NIM : 12514040)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 VICTOR SUGANDA RULIE (NIM : 12514040)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 VICTOR SUGANDA RULIE (NIM : 12514040)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA VICTOR SUGANDA RULIE (NIM : 12514040)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Saat ini cadangan tembaga dunia tidak hanya diperoleh dari mineral sulfida primer saja yang terkenal mudah untuk diolah dengan kadar yang tinggi, namun juga dari beberapa cadangan mineral kompleks yang pengolahannya masih dipelajari. Salah satu metode yang cukup menarik dari segi teknis dan ekonomis adalah bioleaching, dengan memanfaatkan mikroorganisme untuk menghasilkan reagen pelindi. Sebagai usaha untuk meningkatkan performa bioleaching tembaga dari mineral sulfida kompleks, dalam percobaan ini digunakan dua jenis bakteri mixotrof, yaitu Alicyclobacillus ferrooxydans dan Citrobacter sp. SKC-4 melalui metode direct bioleaching. Bijih yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis bijih Tuff Breccia (TBX) dari PT. Batutua Tembaga Raya di Pulau Wetar, Maluku Barat Daya. Penelitian diawali dengan preparasi bijih melalui kominusi, pengayakan, dan pengambilan sampel. Kemudian, sampel dikarakterisasi menggunakan X-ray diffraction (XRD) dan X-ray fluorescence (XRF). Pengukuran jumlah sel bakteri Alicyclobacillus ferrooxydans dan Citrobacter sp. SKC-4 dilakukan dengan metode spektrofotometri dengan mengukur nilai OD (optical density = kepadatan bakteri yang terlihat sebagai kekeruhan medium) selama 7 hari inkubasi. Adapun variasi yang dilakukan dalam proses pelindian adalah pulp density, konsentrasi NaCl, rasio pirit dengan bijih, dan rasio sulfur dengan bijih untuk mempelajari pengaruhnya terhadap persen ekstraksi Cu. Pelindian dilakukan dengan menggunakan gyratory shaker pada kecepatan putar tetap (180 rpm) dan dalam temperatur ruang (25°C). Hasil karakterisasi bijih menunjukkan bahwa bijih tergolong sulfida kompleks yang didominasi oleh silika (SiO2), pirit (FeS2), dan cuprit (CuO) dengan kadar tembaga 2,5%. Selanjutnya, pada percobaan perhitungan jumlah sel bakteri selama 7 hari masa inkubasi, pertumbuhan bakteri Alicyclobacillus ferrooxydans dan Citrobacter sp. SKC-4 terbaik diperoleh pada hari ke 2 inkubasi sebelum mencapai fasa stasioner. Persen ekstraksi Cu tertinggi untuk variasi pirit dan sulfur adalah 88,7% dan 79,4% yang diperoleh dari pelindian dengan menggunakan rasio pirit dan bijih sebesar 1:1 dan sulfur dan bijih sebesar 1:1 dalam waktu 7 hari pelindian. Semua hasil tersebut diperoleh pada konsentrasi NaCl 30 g/L dan 10% pulp density. Berdasarkan nilai pH dan E, dapat dilihat dari diagram Pourbaix bahwa larutan mengandung ion Cu2+ dan Fe3+.