digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sumber air yang secara kuantitas tidak terbatas adalah air laut, namun air laut mengandung kadar garam atau TDS (Total Dissolved Solid) yang sangat tinggi, sehingga diperlukan pengolahan terhadap air laut agar bisa dijadikan sebagai sumber air bersih. Salah satu alternatif teknologi pengolahan air laut yang memanfaatkan energi matahari (renewable energi) adalah desalinasi surya (solar still) untuk memisahkan garam dan air bersih. Dalam penelitian ini dilakukan pengembangan dari reaktor solar still sederhana dimana proses pemanasan, penguapan, dan pengembunan ditempatkan secara terpisah. Evaporator berada dalam kondisi vakum untuk mempercepat proses penguapan. Pada awal penelitian digunakan air payau artifisial (salinitas 12‰) untuk menentukan kondisi maksimum desalinator, yaitu dengan beberapa variasi, antara lain variasi tekanan vakum (-0,05; -0,1; -0,15; -0,2; -0,25; dan -0,3 bar), debit air input evaporator (2,34; 5,63; 12,50; dan 17,86 mL/det), dan jumlah tray dalam evaporator (dari tanpa tray hingga menggunakan lima tray). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tekanan vakum sebesar -0,3 bar, debit air input sebesar 5,63 mL/det, dan jumlah tray dalam evaporator sebanyak lima buah yang menghasilkan efisiensi desalinator paling tinggi, yaitu sebesar 37,77%. Setelah kondisi maksimum diperoleh, dilanjutkan dengan menggunakan air laut artifisial (salinitas 38‰) sebagai air umpan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa efisiensi desalinator untuk air laut artifisial (efisiensi 21,79%) lebih rendah dibandingkan dengan air payau artifisial (efisiensi 37,77%). Perpindahan panas secara konduksi, konveksi, radiasi, evaporasi, dan kondensasi juga dianalisis untuk mengetahui kesetimbangan termal dalam sistem. Dari hasil uji kualitas air, diperoleh bahwa air distilat yang dihasilkan dari sistem desalinasi ini telah memenuhi baku mutu air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 tahun 2010 berdasarkan parameter pH, salinitas, konduktivitas, kekeruhan, TDS (Total Dissolved Solid), besi (Fe), klorida, dan kesadahan, kecuali parameter E.coli belum memenuhi baku mutu.