2018 TA PP NADYA PUTERI PUSPASERUNI 10513055 1-ABSTRAK.pdf
PUBLIC Open In Flipbook Latifa Noor
2018_TA_PP_NADYA_PUTERI_PUSPASERUNI_1-_COVER.pdf
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
2018_TA_PP_NADYA_PUTERI_PUSPASERUNI_1-_BAB1.pdf
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
2018_TA_PP_NADYA_PUTERI_PUSPASERUNI_1-_BAB2.pdf
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
2018_TA_PP_NADYA_PUTERI_PUSPASERUNI_1-_BAB3.pdf
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
2018_TA_PP_NADYA_PUTERI_PUSPASERUNI_1-_BAB4.pdf
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
2018_TA_PP_NADYA_PUTERI_PUSPASERUNI_1-_BAB5.pdf
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
Organohalogen merupakan salah satu senyawa xenobiotik yang bersifat toksik, sulit untuk diuraikan, serta dapat bertransformasi menjadi metabolit berbahaya yang mencemari lingkungan. Bioremediasi organohalogen dapat dilakukan oleh mikroorganisme yang memproduksi haloacid dehalogenase, salah satunya adalah Bacillus cereus. Bacillus cereus memiliki gen pengkode haloacid dehalogenase yang telah diklon, diberi nama gen bcfd1, dan telah diekspresikan dalam vektor pET-30a di E. coli BL21 (DE3). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekspresi haloacid dehalogenase dalam pET-bcfd1 di E. coli BL21 (DE3) menghasilkan enzim yang aktivitasnya kurang optimum akibat pelipatan protein yang kurang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ekspresi gen haloacid dehalogenase dari Bacillus cereus strain lokal dalam klon rekombinan pET-bcfd1 di Escherichia coli ArcticExpress (DE3). E. coli ArcticExpress (DE3) diketahui memiliki chaperon yang mampu membantu folding protein sehingga diharapkan enzim haloacid dehalogenase yang dihasilkan akan memiliki aktivitas yang lebih tinggi. Plasmid rekombinan pET-bcfd1 diisolasi dengan cara lisis alkali dari E. coli TOP10, dikonfirmasi dengan analisis restriksi, kemudian dimasukkan ke dalam Escherichia coli ArcticExpress (DE3) dengan cara kejut panas. Transforman diseleksi menggunakan gentamisin dan kanamisin pada medium LB padat dan dikonfirmasi dengan membandingkan ukurannya terhadap pET-30a dan pET-bcfd1 serta re-PCR. Aktivitas haloacid dehalogenase diukur dengan cara mengukur kadar Cl- yang dilepaskan dari reaksi katalisis menggunakan metode Bergmann-Sanik. Aktivitas spesifik enzim ditentukan dengan mengukur kadar protein dalam sampel menggunakan metode Bradford. Ekspresi dalam E. coli ArcticExpress (DE3) diinduksi dengan 0,01 mM IPTG pada suhu 15°C selama 2 jam dan 24 jam serta ekspresi dalam E. coli BL21 (DE3) diinduksi dengan 0,01 mM IPTG pada suhu 30°C selama 2 jam dan 24 jam. Aktivitas spesifik haloacid dehalogenase dari E. coli ArcticExpress (DE3) setelah diinduksi selama 2 jam dan 24 jam masing-masing adalah 0,162 U/μg protein dan 0,039 U/μg protein. Di lain pihak, aktivitas spesifik haloacid dehalogenase dari E. coli BL21(DE3) setelah diinduksi selama 2 jam dan 24 jam masing-masing adalah 0,052 U/μg protein dan 0,047 U/μg protein. Dapat disimpulkan bahwa aktivitas haloacid dehalogenase yang dihasilkan dari E. coli ArcticExpress (DE3) setelah diinduksi selama 2 jam adalah 3 kali lebih tinggi dibandingkan yang diekspresikan dalam E.coli BL21 (DE3). Induksi selama 24 jam memberikan aktivitas spesifik haloacid dehalogenase yang sama baik yang diekspresikan dalam E. coli BL21 (DE3) maupun dalam E. coli ArcticExpress (DE3).
Perpustakaan Digital ITB