digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Provinsi Sulawesi Tengah memiliki potensi wisata pantai yang cukup menarik perhatian wisatawan, diantaranya adalah pantai pasir putih, area sunset, hutan pantai tropis, serta keindahan dasar laut khususnya terumbu karang yang terletak di Tanjung Karang Kabupaten Donggala. Kondisi alam destinasi wisata ini sebagian besar masih terjaga, namun ada juga sebagian yang kurang terawat akibat eksploitasi wisatawan dan warga setempat. Seperti halnya tata letak bangunan yang melebihi batas sempadan pantai, bertambahnya sampah di area pesisir bahkan sampai ke laut, konsumsi air bersih yang berlebihan dan pembuangan air limbah yang tidak terarah dan tidak terkendali. Sehingga perlu strategi pengurangan komsumsi energi yang berlebihan dengan memanfaatkan lingkungan sekitar. Strategi pengurangan konsumsi energi ini akan di aplikasikan dengan pendekatan biomimetik pada bangunan resor dikawasan wisata ini, dengan harapan resor ini selain dapat mengurangi konsumsi energi dikawasan wisata, juga dapat menunjang perekonomian masyarakat sekitar. Pendekatan biomimetik dalam desain arsitektur yang berkelanjutan merupakan salah satu model yang ditawarkan manusia untuk mempertahankan eksistensinya dimuka bumi dengan cara meminimalkan kerusakan alam dan lingkungan di kawasan. Karena pada dasarnya resor ini merupakan bangunan dengan konsumsi energi yang cukup banyak maka perlu adanya usaha meminimalisir konsumsi Energi dengan memuat strategi keberlanjutan lingkungan sekitar yang terdiri dari lingkungan alami dan buatan. Strategi keberlanjutan dalam integrasi antara resor dan alam sekitarnya dari arsitektur biomimetik, yang memuat iklim, biologi, arsitektur serta teknologi. Penelitian ini hanya mencakup bagaimana mengikuti atau meniru alam di sekitar Tanjung Karang itu dengan melihat kondisi awal, baik kondisi iklim dan teknologi yang ada, dalam hal ini adaptasi dan evolusi yang digunakan adalah adaptasi dan evolusi budaya dari lingkungan sekitar. Dengan konsep dan metode membangun semacam ini, eksploitasi alam akan diminimalisir dan terwujud bangunan yang cenderung selaras dengan alam. Pemanfaatan iklim di sini merupakan pemanfaatan sebagian energi dari kualitas iklim lokal, seperti pemanfaatan energi dari matahari, angin serta air yang bersumber dari alam sekitar, serta mengadopsi tradisi lokal sebagai langgam bangunan yang dilakukan dengan cara mimetik (proses meniru), dengan transformasi secara relevan. Pendekatan biomimetik dalam bahasan ini tidak dikerjakan secara mendalam namun dibatasi pada simulasi sederhana, diantaranya pengelolaan tapak, analisis tapak melalui interaksi lingkungan, konsep perancangan arsitektur dari arsitektur tradisional sebagai langgam bangunan, bentuk massa bangunan, dan pengelolaan sebagian energi terbarukan secara skematik.