Pendekatan hubungan satuan-satuan pembangun kerangka (satuan-satuan
pembangun komposit, SPK, dan satuan-satuan pembangun sekunder, SPS) telah
digunakan oleh beberapa kelompok peneliti walaupun belum cukup teruji dari
semua kasus transformasi antarzeolit yang pernah dilaporkan. Selain itu, terdapat
pula asumsi bahwa transformasi antarzeolit cenderung menghasilkan zeolit yang
memiliki kerapatan kerangka (KK) yang lebih tinggi walaupun cukup banyak
ditemukan kasus-kasus transformasi yang menghasilkan tipe zeolit dengan KK
yang lebih rendah
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari transformasi antarzeolit dari zeolit
induk tipe MOR, meliputi perbedaan satuan-satuan pembangun kerangka dan
kerapatan kerangka antara MOR dengan produk-produk yang dihasilkan, faktorfaktor
yang dapat mempengaruhi, dan kemungkinan mekanisme yang dapat
terjadi dalam transformasi-transformasi tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut
telah dilakukan perlakuan hidrotermal sebanyak 46 perlakuan terhadap mordenit
dalam variasi konsentrasi larutan NaOH dalam rentang rasio mol NaOH/H2O =
0,003 (rumus) 0,400 pada suhu 150 (rumus)C selama 12 jam, 6 variasi suhu (kurang dan lebih
dari 150 (rumus)C) dan 9 variasi waktu perlakuan (kurang dan lebih dari 12 jam). Bahan
induk yang digunakan sebagai sumber mordenit berupa campuran homogen dari
produk-produk yang diperoleh dari beberapa kali sintesis mordenit. Bahan induk
dan produk-produk padatan hasil perlakuan selanjutnya dikonfirmasi dan
dikarakterisasi dengan difraksi sinar-X (XRD) serbuk, mikroskopi pemindaian
elektron (SEM), dan spektroskopi inframerah (metode ATR-FTIR). Terdapat
ketidakmurnian dalam bahan induk mordenit, dari fasa magadiite dan pollucite.
Namun, dari hasil perbandingan produk-produk transformasi dengan sejumlah
hasil penelitian perlakuan mordenit alam yang analog dengan penelitian ini dapat
dipastikan bahwa keberadaan keduanya tidak berpengaruh signifikan terhadap
munculnya fenomena transformasi antarzeolit dari MOR.
Hasil perlakuan dalam variasi konsentrasi NaOH menunjukkan bahwa produk
transformasi secara umum dapat dipetakan ke dalam koordinat mol NaOH/SiO2
dan H2O/SiO2. Secara umum, pemetaan ini menghasilkan tiga kelompok hasil
transformasi, yakni analsim (ANA) dalam larutan NaOH dengan rasio mol
NaOH/H2O < 0,116 dan NaOH/SiO2 > 1,00, kankrinit (CAN) dalam larutan
NaOH lebih pekat (rasio mol NaOH/H2O > 0,116), dan campuran
(MOR+ANA+GIS) dalam konsentrasi NaOH yang lebih encer (rasio mol
NaOH/SiO2 < 1,00). Perubahan volume larutan NaOH pada konsentrasi NaOH
sedang dan rendah tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perolehan fasa,
sementara pada konsentrasi NaOH yang pekat terjadi pergantian perolehan fasa
antara CAN dengan ANA. Dari variasi waktu yang diberikan, terdapat urutan
terjadinya transformasi pada rasio mol NaOH/H2O tinggi: MOR (induk) (rumus)
campuran (GIS+ANA+SOD)(rumus) campuran (CAN+ANA) (rumus) ANA, pada rasio mol
NaOH/H2O sedang: MOR (induk) (rumus) ANA (rumus) CAN, dan pada rasio mol
NaOH/H2O rendah: MOR (induk) (rumus) campuran (ANA+GIS) (rumus) ANA. Kenaikan
suhu dari 150 menjadi 200 (rumus)C pada konsentrasi NaOH sedang, transformasi MOR
masih menghasilkan fasa tunggal ANA, sementara pada konsentrasi tinggi
menghasilkan CAN yang murni, ketidakmurnian yang berasal dari ANA yang
diperoleh pada perlakuan suhu 150 (rumus)C tidak ditemukan kembali. Pada konsentrasi
NaOH encer, kenaikan suhu menjadi 200 (rumus)C pada transformasi MOR
menghasilkan ANA dengan tetap menyisakan fasa MOR, dan pada kenaikan suhu
lebih lanjut, 250 (rumus)C, diperoleh ANA bersama fasa kuarsa. Penurunan suhu
menjadi 100 (rumus)C cenderung menghasilkan campuran fasa dengan kristalinitas
rendah, yakni campuran MOR+GIS+ANA+SOD pada rasio mol NaOH/H2O
tinggi, dan campuran GIS+ANA pada rasio NaOH/H2O sedang.
Berdasarkan tipe-tipe kerangka zeolit yang diperoleh, terjadinya transformasi
MOR (SPK: mor, SPS: 5-1) tidak memiliki hubungan satuan-satuan pembangun
kerangka dengan ANA (tidak memiliki SPK; SPS: 4, 4[1,1], 1-4-1, 6, dan 6-2),
CAN (SPK: dzc dan can; SPS: 4, 6, dan 12), GIS (SPK: dcc dan gis; SPS: 4 dan
8), dan SOD (SPK: sod; SPS: 6). Berdasarkan tinjauan urutan KK (ANA > MOR
= SOD > CAN > GIS) bertransformasinya MOR tidak dipengaruhi oleh kerapatan
kerangka. Dua fasa yang dapat diperoleh dengan kemurnian tinggi dari
transformasi MOR adalah ANA dan CAN yang kemurniannya dipengaruhi oleh
konsentrasi larutan NaOH dan volumenya, waktu, dan suhu. Kedua tipe kerangka
tersebu diperoleh melalui urutan tahap transformasi sebagai berikut: MOR (induk)
(rumus) GIS(rumus)ANA (rumus) CAN pada konsentrasi NaOH sedang dan MOR (induk)(rumus)
SOD (rumus) CAN (rumus) ANA pada konsentrasi NaOH lebih pekat.
Perpustakaan Digital ITB