Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Tambak Lorok merupakan fasilitas pengolahan limbah yang dimiliki Kota Semarang. Volume lumpur tinja yang masuk IPLT setiap harinya sebesar 41 m3 dan cakupan pelayanan eksisting hanya sebesar 4%. Keberadaan IPLT ini sangat diperlukan karena hampir tiga per empat penduduk Kota Semarang dilayani oleh sistem sanitasi on-site. Unit pengolahan yang telah terbangun masih belum dapat menurunkan beban pencemaran yang terkandung dalam lumpur tinja. Efisiensi pengolahan eksisting hanya sekitar 20-30% dari yang seharusnya dapat mencapai 90-95% dengan sistem kolam stabilisai. Kondisi ini dapat dilihat dari kualitas effluent yang dihasilkan di akhir pengolahan belum dapat memenuhi standar baku mutu air limbah domestik berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor.68/Menlhk/Setjen/Kum/I/8/2016. Beberapa parameter yang belum memenuhi yakni Biochemical Oxygen Demand (BOD5), Chemical Oxygen Demand (COD), dan Total Suspended Solid (TSS). Dengan demikian ketiga parameter pokok tersebut yang akan menjadi fokus dalam peningkatan kinerja pengolahan IPLT. Secara khusus adalah meningkatkan efisiensi penyisihan suspended solid. Berdasarkan hasil analisis laboratorium diperoleh bahwa konsentrasi TSS masih mencapai 1000 mg/L di akhir pengolahan dari yang ditetapkan oleh standard sebesar 30 mg/L.
Berdasarkan kondisi eksisting, IPLT Tambak Lorok tidak memiliki unit pemisahan lumpur sehingga konsentrasi TSS di effluent masih tinggi. Selain itu, tidak adanya unit pengering lumpur pun menyebabkan pengolahan lumpur belum dilakukan dengan optimal. Lumpur sebagai sisa pengolahan dari kolam stabilisasi hanya dikeringkan pada lahan terbuka tanpa sistem drainase sehingga cairan yang berasal dari lumpur akan langsung mengalir menuju badan air. Kondisi ini menyebabkan kualitas badan air menjadi lebih tercemar. Oleh karena itu, rencana pengembangan yang diusulkan adalah pembangunan unit pemisahan lumpur (unit pemekatan) yang akan diletakkan pada awal pengolahan dan unit pengering lumpur. Pemilihan alternatif dilakukan dengan menganalisis beberapa parameter terkait dengan kondisi eksisting. Parameter tersebut adalah kebutuhan lahan, efisiensi pengolahan, dan kemudahan operasional dan pemeliharaan. Berdasarkan hasil analisis ketiga parameter tersebut maka alternatif rencana pengembangan yang terpilih adalah Solid Separation Chamber sebagai unit pemisahan lumpur dan Sludge Drying Beds sebagai unit pengering lumpur.
Rencana pengembangan IPLT ini direncanakan akan dilakukan secara bertahap dengan tetap mempertimbangkan volume tinja yang masuk pada tahun mendatang akan meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk. Adapun pembangunan ini akan terbagi menjadi 2 periode dengan peningkatan cakupan pelayanan pada setiap periodenya. Periode 1, yakni pada tahun 2021-2030 dengan rencana cakupan pelayanan 50%. Sedangkan periode 2, yakni pada tahun 2031-2040 dengan rencana cakupan pelayanan menjadi 60%. Peningkatan rencana cakupan pelayanan ini didasarkan pula pada Master Plan Air Limbah Kota Semarang.
Keberjalanan IPLT sebagai fasilitas pengolahan lumpur tinja bergantung pada volume lumpur tinja yang masuk. Oleh karena itu, sistem penyedotan tangki septik direncanakan akan menerapkan sistem LLTT (Layanan Lumpur Tinja Terjadwal), dimana truk tinja akan secara berkala menyedot tangki septik rumah tangga sesuai jadwal yang ada. Dengan demikian dapat dipastikan ada lumpur tinja yang diangkut menuju IPLT untu diolah. Berdasarkan analisis perhitungan operasional, iuran yang harus dibayarkan oleh warga pada sistem LLTT ini adalah sebesar Rp. 8.000/KK setiap bulannya.
Perpustakaan Digital ITB