digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Hutan lindung memiliki manfaat berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Hutan lindung di daerah Garut memiliki permasalahan yaitu berupa perubahan tutupan vegetasi hutan menjadi vegetasi pertanian. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan evaluasi kesesuaian lahan pada tanaman HHBK guna mengoptimalkan lahan hutan lindung dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan ekologis. Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan peruntukannya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial yang ada di Hutan Lindung Petak 51C, RPH Cisurupan, BKPH Bayongbong, KPH Garut, Perum Perhutani, Devisi Regional Jawa Barat yang dibagi ke dalam tiga blok yaitu blok rimba campur, pertanian dan lahan terbuka. Pengamatan langsung di lapangan dan pengambilan sampel tanah digunakan untuk menentukan karakteristik lahan. Analisis data menggunakan metode matching/ pencocokan antara karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman HHBK dan tanaman pertanian di lokasi penelitian untuk menentukan kelas kesesuaian lahan tanaman tersebut. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tanaman yang memiliki kelas kesesuaian lahannya paling tinggi pada blok rimba campur dan pertanian adalah alpukat (Persea americana) dengan kelas kesesuaian lahan aktual yaitu cukup sesuai S2 (rc) dengan faktor pembatas bahan kasar dan kelas kesesuaian lahan potensial tidak mempunyai faktor pembatas karena memiliki kelas kesesuaian yang sangat sesuai (S1) pada setiap karakteristik lahan, sedangkan pada blok lahan terbuka adalah nangka (Artocarpus heterophyllus) dengan kelas kesesuaian lahan aktual sesuai marginal S3 (rc) dan lahan potensial cukup sesuai S2 (rc) dengan faktor pembatas tekstur dan kedalaman tanah.