digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kebutuhan energi di Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Pertumbuhan penduduk yang tinggi berbanding lurus dengan pertumbuhan kebutuhan akan energi. Sementara itu, cadangan sumber energi hidrokarbon konvensional kian hari kian menipis. Coal Bed Methane (CBM) merupakan salah satu alternatif energi hidrokarbon nonkonvesional yang memiliki potensi melimpah di Indonesia. Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan bahwa potensi CBM di Indonesia sebesar 453 TCF yang terserbar di cekungan-cekungan yang berada di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi. Batubara selain merupakan source rock dari CBM juga merupakan reservoir dari CBM itu sendiri. CBM tersimpan pada matriks batubara yang memiliki porositas ganda, yaitu micropores (pori yang terletak pada matriks batubara) dan macropores (rekahan pada batubara). Produktivitas reservoir CBM bergantung pada permeabilitas fraktur serta kecepatan desorpsi dan difusi CBM. Hydraulic fracturing adalah salah satu operasi yang dapat dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas sumur CBM yang rendah. Dengan melakukan operasi hydraulic fracturing, konduktivitas dari reservoir akan bertambah. Peran proppant sangatlah penting pada operasi hydraulic fracturing sebagai penyangga rekahan yang telah dibuat. Oleh karena itu, pemilihan jumlah rekahan, ukuran proppant, konsentrasi proppant, kecepatan pemompaan, serta jenis fluida perekah sangat penting untuk diperhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan parameter-parameter hydraulic fracturing tersebut pada sumur CBM horizontal X sehingga memberikan produktivitas yang paling optimal. Penelitian dilakukan dengan metode studi literatur yang bersumber pada buku, jurnal, paper, serta publikasi ilmiah yang lain serta simulasi operasi hydraulic fracturing menggunakan salah satu software komersial. Beradasarkan studi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa operasi hydraulic fracturing dengan jumlah rekahan berjumlah tiga rekahan, fluida perekah PrimeFrac 30, konsentrasi proppant 7 PPA, ukuran proppant 16/30 (Badger Sand), serta laju pemompaan 12 bpm menghasilkan produktivitas sumur yang paling optimal ditinjau dari kurva IPR yang dihasilkan. Skenario di atas juga memberikan nilai fold of increase (FOI) yang paling tinggi dibandingkan dengan skenario lain.